Mencari Masalah dan Menyelesaikan Masalah dengan Framework Lean Canvas

Mencari Masalah dan Menyelesaikan Masalah dengan Framework Lean Canvas



"Saya ingin memecahkan sebuah masalah, sebuah kalimat yang keluar dari pemuda masa kini dengan rasa idealisnya."

Masalah yang ada di Indonesia sangatlah banyak, misalnya saja di sektor industri kreatif, agrikultur, maritim, kesehatan, pendidikan, travel, fesyen, dan ritel. Banyak masalah yang terdapat sektor-sektor tersebut. Salah satu framework yang baik untuk memecahkan sebuah masalah dengan cara yang ramping dan cepat, kamu dapat mencoba menggunakan framework Lean Canvas.

Apa itu Lean Canvas? Lalu apa bedanya dengan Business Model Canvas? Lean canvas sendiri sebuah strategi yang dikembangkan Ash Maurya yang diadaptasi dari Business Model Canvas yang mana berfokus pada pendekatan bisnis dengan target utama pebisnis dan perusahaan. Sedangkan, Business Model Canvas dikembangkan Alexander Osterwalder yang berfokus pada manajemen strategi dan rencana pemasaran dengan target utama bisnis baru dan lama.

Lean Canvas sangat cocok untuk pengembangan sebuah startup. Lean canvas sendiri mampu membantu startup dalam menentukan MVP (Minimum Viable Product) atau Minimum Kelayakan Produk agar pelanggan mendapatkan kepuasan atas produk. Ketika startup memiliki masalah terhadap MVPnya maka harus mampu membentuk MVP yang baru. Hal ini yang mendasari dari metodologi Lean.

Kunci fundamental dari metodologi Lean adalah mengeliminasi hal-hal yang tidak berguna, ini juga termasuk waktu, proses, inventaris dan sebagainya. Poinnya adalah untuk menghindari sesuatu yang boros dan tetap ramping dalam eksekusinya. Lean Canvas sendiri terdiri dari 9 blok konsep.

Lean Canvas

Tahap menuliskan lean canvas
Jika kita lihat, Lean Canvas menyediakan solusi bisnis atas permasalahan pelanggan yang dibagi menjadi dua sisi, sisi kiri adalah produk dan sisi kanan adalah pasar/market. Jika kamu perhatikan pada sisi produk lebih ke arah analitis dan hal-hal logis sedangkan untuk sisi market lebih ke arah peluang yang mana kita tidak bisa mengontrol perilaku pelanggan.

Cara Menuliskan Lean Canvas

Tahap Pertama: Menentukan segmentasi pelanggan / customer segments yang kamu targetkan
Pada tahap ini, kamu akan menentukan siapa target market kamu. Bisa juga kamu menargetkan berdasarkan demografi, gaya hidup atau lingkungannya. Misalnya tempat dimana ia tinggal, jenis kelamin, jenis pekerjaan, umur, tingkat pendidikan, jumlah pemasukan setiap bulan, dan sebagainya. Jelaskan sejelas mungkin siapa target calon pelanggan kamu. Tentukan juga siapa yang akan menjadi fokus utama ketika produk diluncurkan.

Tahap Kedua: Carilah masalah yang valid dan cari tahu solusi yang telah ada
Coba tuliskan 1 sampai 3 masalah utama dari segmentasi pelanggan kamu yang sesuai dengan lini bisnis yang kamu ingin bangun dan tulis juga apa saja solusi yang sudah ada di pasaran. Pada tahap ini pula sangat disarankan untuk menemui langsung pelanggan kamu dan tanyakan masalah utama pada pelanggan kamu. Dan tanyakan juga bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah tersebut.

Tahap Ketiga: Menentukan Unique Value Proposition
Unique Value Proposition adalah sebuah nilai keunikan pada bisnis kamu dibandingkan kompetitor. Formula yang bagus untuk membuat UVP yang efektif (dengan cara Dane Maxwell) adalah:
Instant Clarity Headline = End Result Customer Wants + Specific Period of Time + Address the Objections
Contoh klasik yang sesuai dengan formula di atas adalah slogan pizza Domino.
Hot fresh pizza delivered to your door in 30 minutes or it’s free.
Coba pikirkan baik-baik apa yang akan menjadi UVP bisnis kamu.

Tahap Keempat: Menentukan Solusi yang diberikan
Setelah menentukan 3 masalah utama, saatnya menentukan sebuah solusi untuk masalah kamu, solusi yang kamu tawarkan dari 0 hingga 1 yang bisa ditawarkan pada calon pelanggan kamu.

Tahap Kelima: Menentukan kanal untuk menjangkau pelanggan
Kanal atau Channel merupakan sebuah media yang akan kamu gunakan untuk menyampaikan sebuah value bisnis kamu ke calon pelanggan. Penting untuk diketahui, calon pelanggan kamu lebih cocok dengan kanal media yang mana. Misalkan calon pelanggan kamu adalah seorang gen Z yang notabene tech-savvy maka gunakanlah sosial media yang lebih sering diakses oleh gen Z.

Tahap Keenam: Menentukan aliran arus pendapatan
Arus pendapatan atau revenue stream merupakan sumber pendapatan pada bisnis kamu. Tentukan model bisnis yang akan kamu gunakan. Silahkan baca artikel saya mengenai 6 jenis bisnis model yang wajib diketahui oleh entrepreneurs. Pilihlah salah satu yang menurut kamu paling potensial.

Tahap Ketujuh: Menentukan biaya-biaya yang kamu keluarkan
Menentukan biaya yang akan dikeluarkan tidak kalah penting. Dari sini kita akan mengetahui biaya yang akan dikeluarkan dan mengetahui keuntungan dari bisnis kita. Ada dua jenis garis besar biaya pertama biaya tetap yang kamu keluarkan setiap bulan. Kedua adalah biaya-biaya yang kamu keluarkan yang jumlahnya tergantung pada barang yang terjual.

Tahap Kedelapan: Menentukan Key Metric
Key Metric merupakan sebuah tolak ukur dari bisnis kamu. Dengan key metric akan sangat membantu untuk mengetahui progress bisnis kamu. Misalkan produk yang terjual setiap bulan, setiap kuartal ataupun setiap tahun.

Tahap Kesembilan: Menentukan Unfair Advantage
Unfair Advantage merupakan sesuatu hal yang membuat kompetitor sulit untuk mengikuti bisnis kamu. Gampangnya, unfair advantage adalah kelebihan produk yang membuat bisnis kamu lebih unggul dibandingkan kompetitor.

Sekian dari saya mengenai pembahasan lean canvas, apabila pertanyaan bisa dm saya melalui instagram atau linkedin. Bisa juga drop melalui komentar pada blog ini. [full-width]
Membuat Business Model Canvas Secara Tepat

Membuat Business Model Canvas Secara Tepat



Kali ini saya akan membagikan sudut pandang dan pengalaman saya mengenai bagaimana mendesain business model canvas secara tepat. Ada sebuah fakta menarik, berdasarkan penelitian SEA Group kepada 14.000 responden, bahwa sebanyak 24% pemuda Indonesia ingin memiliki bisnis sendiri, sisanya ingin 17% bekerja di pemerintahan; 16,5% ingin melanjutkan usaha keluarga; dan 3,2% ingin bekerja di rintisan startup.

Menjadi pengusaha bukanlah hal yang mudah, untuk itu kita perlu perencanaan yang baik sebelum eksekusi. Kalo kata Winston Churchil sih begini;

“Those who plan do better than those who do not plan, even should they rarely stick to their plan.”

Singkatnya, merencanakan lebih baik daripada tidak memiliki rencana, meskipun terkadang kita tidak mematuhi rencana tersebut. Bisnis yang baik dibuat dengan rencana yang baik, meskipun terkadang tidak ada paramater yang pasti mengenai kesuksesan. Salah satu tools yang sering digunakan dalam merencanakan rencana bisnis adalah Business Model CanvasBusiness Model Canvas ditemukan oleh Alexander Osterwalder, yang mana diciptakan untuk membantu organisasi bisnis untuk memetakan dan menganalisis model bisnis.

Sebelum merencanakan membuat Business Model Canvas, saya sarankan untuk mengetes produk/ide kreatif kamu ke market, apakah market mau menerima produk kamu, ujungnya produk yang kamu buat ingin disukai market bukan? Baik, katakanlah produk kamu disukai oleh market, dari 10 orang 7 orang mau membeli produk/bisnis kamu. Sekarang saatnya menentukan Business Model Canvas produk kamu. 

Business Model Canvas
sendiri merupakan sekumpulan 9 blok yang mempertimbangkan berbagai aspek dalam 1 canvas. Adapun 9 blok tersebut terdiri dari Customer Segments, Value Propositions, Channels, Customer Relationship, Revenue Streams, Key Activities, Key Resources, Key Partners dan Cost Structure. Mari lihat gambar Business Model Canvas berikut:
9 blok Business Model Canvas


Customer Segments
Blok yang pertama kali kamu lihat adalah blok Customer Segments, siapa sih calon konsumen kamu? Apa masalahnya? Bagaimana usia mereka? Bagaimana karakteristiknya? Apa yang mereka rasakan?

Value Propositions
Blok kedua yang kamu lihat adalah blok Value Propositions, solusi apa yang akan kamu tawarkan kepada calon konsumen kamu? Apa yang menarik dari solusi kamu? Kenapa konsumen harus membeli, memilih dari produk yang kamu buat? Pada blok ini saya sarankan untuk perbanyak Why,Why,Why,Why,Why.

Channels
Blok ketiga yang kamu lihat adalah blok Channels, bagaimana cara produk yang akan kamu jual akan sampai ke tangan konsumen, bagaimana value yang kamu buat akan sampai?

Customer Relationship
Blok keempat yang kamu lihat adalah blok Customer Relationship, bagaimana cara kamu menjaga hubungan kamu dengan konsumen? Metode loyalitas apa yang akan kamu pakai?

Revenue Stream
Blok kelima yang kamu lihat adalah blok Revenue Stream, ketika membuat sebuah bisnis? Bagaimana cara kamu menghasilkan pemasukan dari value yang kamu tawarkan?

Key Activities
Blok keenam yang kamu lihat adalah blok Key Activities, dari disini bagaimana cara kamu menemukan aktivitas kunci atau strategi untuk menciptakan Value Propositions yang kamu buat.

Key Resources
Blok ketujuh yang kamu lihat adalah blok Key Resources, apa saja sumber daya yang dibutuhkan untuk menciptakan value yang akan kamu buat? Apa saja yang diperlukan?

Key Partnership
Blok kedelapan yang kamu lihat adalah blok Key Partnership, dengan siapa saja kamu akan bermitra? Apakah mitra A dapat membantumu untuk mengakselerasi bisnis kamu? Atau sebaliknya? Definisikan calon mitra kamu, dan kenali. Pada blok ini menentukan bagaimana strategi bisnis kamu untuk tetap kompetitif.

Cost Structure
Blok terakhir yang kamu lihat adalah blok Cost Structure, kemana saja uang yang akan kamu habiskan? Tentukan baik-baik saat berkaitan dengan uang, faktor biaya apa saja yang akan kamu keluarkan.

Itulah keterangan mengenai Business Model Canvas, untuk lebih jelas, mari coba kita lihat Business Model Canvas dari BMW.



Business Model Canvas dari BMW

Bagaimana sudah ada gambaran mengenai Business Model Canvas? Saya berharap kamu dapat mendapatkan bagaimana cara membuat Business Model Canvas. Bila ada pertanyaan silahkan drop di kolom komentar. Semoga dengan belajar Business Model Canvas, kamu dapat menganalisa kembali bagaimana bisnis kamu yang berjalan selama ini.

[full-width]



Menggunakan Kanban Board untuk Meningkatkan Produktivitas Bisnis atau Produktivitas Pribadi

Menggunakan Kanban Board untuk Meningkatkan Produktivitas Bisnis atau Produktivitas Pribadi


Mengatur sebuah bisnis rumahan, bisnis kecil atau task pribadi menjadikan sebuah tantangan tersendiri. Ada bagian yang memerlukan perhatian lebih untuk mengenalkan dan memasarkan produk ke market ataupun mengatur task pribadi. Tantangan ini akan menjadi lebih ketika menjalankannya sebagai solopreneur atau sebagai profesional dengan workload yang banyak untuk memastikan semua task berjalan dengan baik dengan waktu yang tepat dan benar.

Diluar sana banyak sistem untuk meningkatkan produktivitas, akan tetapi Kanban board telah didesain secara spesifik untuk membantu alur task berjalan semestinya dengan waktu yang tepat.

Histori Kanban
Kanban sendiri diciptakan untuk mengurangi idle-time dalam proses produksi. Tujuan utama dari penerapan sistem Kanban adalah mengirimkan apa yang dibutuhkan dalam proses produksi dalam waktu yang tepat. Sistem Kanban sendiri digagas oleh Taiichi Ohno yang dianggap sebagai bapak Sistem Produksi Toyota. Taiichi Ohno mengembangkan papan visual yang dikenal sebagai Kanban yang mentransfer informasi antara setiap proses sehingga tugas dapat dipenuhi dengan lebih efisien. Saat ini, sistem ini telah diadopsi di berbagai divisi perusahaan termasuk juga ke produktivitas pribadi.

Apa Itu Kanban?
Kanban merupakan sebuah cara untuk menyederhanakan task dengan memvisualisasikan informasi proyek yang kompleks seperti task yang sedang berjalan, pemanfaatan sumber daya, dan masih banyak lagi.

Secara umum, Kanban memiliki alur dari kiri ke kanan atau secara horizontal dan berpindah ke kanan berdasarkan stage yang dibuat.

Banyak metode untuk staging Kanban, secara umum memiliki flow berikut:

To Do > Progress > Done

Hal tersebut tergantung kepada kebutuhan, saya sendiri menggunakan flow seperti ini.
Board pribadi
Kenapa ada ada backlog dan issues? Saya sendiri membuat backlog sebagai tempat untuk menuliskan apa yang akan saya rencanakan kedepannya. Kemudian baru saya pecah lagi untuk dikerjakan perminggu kebagian to do, jika ada issues maka saya akan melakukan evaluasi per minggu, apakah task tersebut terlalu tinggi atau terlalu susah. Jika memang harus diprioritaskan kembali maka saya akan memasukan ke flow to do kembali dan melabeli dengan high priority untuk segera dikerjakan.

Ada sebuah aturan dalam Kanban ketika kamu lakukan modifikasi atau custom
  1. Visualisasikan Pekerjaan: Papan/Board dirancang untuk menjadi visual dan karenanya mudah dijadikan referensi. Memiliki papan Kanban di tempat yang berbeda dari tempat bekerja, tidak akan membantu.
  2. Batasi Pekerjaan yang Sedang Berjalan: Kamu tidak ingin memiliki banyak tugas sehingga tidak ada kemajuan yang dicapai.

Apa sih manfaat dari Kanban?
Papan Kanban/ Kanban board adalah representasi visual dari apa yang perlu kamu lakukan. Ideal jika kamu adalah orang yang membutuhkan isyarat visual untuk menyelesaikan sesuatu. Namun, jika kamu tidak membutuhkan isyarat visual, papan Kanban menawarkan cara sekilas melihat status proyek, dari apa yang dilakukan, apa yang sedang dikerjakan, dan apa yang perlu mendapatkan perhatian.

Manfaat lain termasuk:
  1. Manajemen task yang mudah
  2. Stay on top priority
  3. Fleksibel dan dapat disesuaikan dengan cara Anda bekerja
  4. Mengetahui apa yang telah atau sedang dilakukan kolaborator kamu/ teman kerja, jika kamu bekerja dengan orang lain dalam suatu proyek.

Bagaimana Cara Membuat Kanban Board?
Ada dua cara untuk membuat Kanban board atau papan Kanban dengan cara tradisional atau digital. Jika membuat dengan cara tradisional maka dapat menggunakan papan tulis sebagai medianya dan dibagi menjadi beberapa stage sesuai kebutuhan. Contohnya:
Teaditional Kanban
Contoh Implementasi Kanban

Sedangkan untuk membuat Kanban board secara digital, kamu dapat menggunakan tools yang tersedia di internet seperti Jira, Asana, Trello, dan masih banyak lagi. Untuk yang gratis kamu dapat menggunakan Trello sebagai mediumnya.

Bagaimana? Tertarik untuk menggunakan? Feel free to ask yaaa

[full-width]
Perbedaan Kanban dan Scrum yang Perlu Kamu Ketahui

Perbedaan Kanban dan Scrum yang Perlu Kamu Ketahui

Ilustrasi Scrum vs Kanban | Sumber: Google
[full-width]
Mendengar istilah Kanban dan Scrum bukanlah hal yang asing untuk sebuah perusahaan yang telah menerapkan metodologi agile. Kanban dan Scrum merupakan framework yang membantu tim dalam mengikuti agile manifesto dalam menyelesaikan masalah.

Sangatlah mudah untuk mengetahui perbedaan mendasar mengenai praktik scrum dan praktik kanban. Dalam praktiknya sangatlah berbeda, akan tetapi prinsipnya kebanyakan sama. Yang pasti, kedua framework ini akan membantu kamu dalam menciptakan produk/layanan yang lebih baik tanpa melibatkan pusing kepala berlebih.

Agile merupakan pendekatan secara struktur dan iteratif untuk manajemen proyek dan pengembangan produk. Proses agile dapat dikenali dengan kelincahannya dalam pengembangan produk, dan menyediakan tim yang mampu tanggap terhadap perubahan tanpa dampak yang berarti.

Kanban adalah hal-hal untuk memvisualisasikan suatu pekerjaan, membatasi sebuah progress pekerjaan, dan memaksimalkan efisiensi. Kanban berasal dari Jepang. Kanban jika diartikan berarti papan tanda atau sign board.

Scrum merupakan proses dimana sebuah tim untuk berkomitmen untuk menyelesaikan masalah dalam waktu tertentu atau biasa disebut dengan sprint. Tujuannya adalah untuk membuat pembelajaran yang berulang untuk mengumpulkan informasi yang didapat dari feedback customer. Scrum sendiri terdiri dari peran yang spesifik(product owner, scrum master, dan development team), scrum artifacts, daily standup meeting selama beberapa waktu.

Perbedaan Scrum dan Kanban


Kapan waktu yang tepat untuk memilih Scrum dan Kanban?

Jika bisnis kamu atau perusahaan kamu masih menggunakan metode tradisional dalam pembagian tugasnya, lebih baik menggunakan Kanban untuk menciptakan sebuah budaya yang transparansi dalam pekerjaan. Jika bisnis kamu atau perusahaan kamu dapat membayar product owner dan scrum master, maka scrum menjadi pilihan yang tepat. Selamat mencoba!


6 Tipe Revenue Model yang Wajib Diketahui oleh Para Entrepreneur/Founder

6 Tipe Revenue Model yang Wajib Diketahui oleh Para Entrepreneur/Founder

Ilustrasi para entrepreneur mencari model pendapatan | sumber foto: reserarch gate

Revenue model
atau model pendapatan merupakan sebuah proses bisnis untuk membuat pendapatan dan menyampaikan value bisnis kepada publik. Dengan demikian mengubahnya terlalu sering atau mengimplementasikan yang salah mengenai model pendapatan dapat menyebabkan kegagalan dari segi waktu dan biaya yang akhirnya berujung pivot/pergantian model bisnis.

Framework semacam business model canvas atau lean model canvas dapat membantu kamu untuk menemukan desain model yang tepat untuk bisnis kamu. Cara yang paling mudah adalah fokus pada market dan insight dari konsumen. Dengan melakukan analisa market akan memberikan model perbandingan yang tepat dan insight dari konsumen dapat menunjukan sebuah potensi inovasi yang dapat diimplementasikan dengan model yang berbeda.

Familiar dengan perbedaan model adalah sebuah kunci untuk mencari model yang tepat untuk konsumen kamu dan masalah apa yang ingin kamu selesaikan. Berikut 6 model pendapatan yang harus kamu ketahui.

On-demand

Bisnis on-demand merupakan layanan bisnis yang didasari oleh permintaan konsumen, model ini mendapatkan pendapatan dari setiap transaksi yang sukses. Seperti Gojek, Uber dan Grab merupakan bisnis yang menerapkan model ini. Industri transportasi, hospitality, makanan dan kesehatan telah mengalami perubahan yang radikal yang didasarkan dengan permintaan konsumen.

Model ini tidak mengubah cara orang-orang untuk menyelesaikan masalahnya, akan tetapi hanya membuat prosesnya menjadi lebih efisien. Jika kamu menemukan masalah yang kamu lihat dan sering terjadi tetapi tidak konsisten, on-demand menjadi pilihan yang tepat.

E-commerce

Nilai transaksi E-commerce di Indonesia telah mencapai US$21 Miliar dan diprediksi mencapai $82 Miliar di tahun 2025. Model E-commerce bertumbuh secara eksponensial dari tahun ke tahun di Indonesia. Terlebih kebiasaan pengguna telah beralih menggunakan internet.

Sekarang ini, model baru dropshipping juga berkembang sangat cepat, model ini memanfaatkan kekuatan platform e-commerce yang ada tanpa harus memiliki dan mengatur persediaan. Bisnis E-commerce mendapatkan pendapatan dari hasil menjual barangnya melalui penambahan margin yang mana untuk biaya modal barang, distribusi dan marketing.

Marketplace

Bisnis model yang diterapkan oleh Shope, Tokopedia dan Bukalapak mengadopsi model ini, yang mana menjadi fasilitator untuk menjembatani antara pemilik produk dan para pembeli.

Beberapa diferensiasi pada marketplace, mereka akan berfokus ke sektor yang massive belum terlayani dengan baik dan memastikan supply dengan kualitas yang tinggi.

Membership

Model membership/langganan merupakan bisnis yang menawarkan langsung kepada konsumen. Bisnis membership menawarkan keuntungan produk atau layanan dengan harga tetap, biasanya dengan biaya bulanan atau tahunan. Misalnya Spotify, mereka memanjakan konsumen dengan bebas iklan, simpan lagu dan lagu dapat diputar offline oleh konsumen.

Licenses

Bisnis yang menerapkan licenses atau lisensi seperti Microsoft, Adobe, dan Shutterstock. Model ini memiliki keunikan dengan berbagai cara untuk dapat dinikmati oleh konsumennya. Layanan Software as a Service(SaaS) merupakan hal yang berbeda dengan lisensi. Kedudukan produknya dari dua jenis model ini berbeda. Lisensi biasanya digunakan dan dioperasikan langsung oleh pengguna sedangkan produk SaaS diakses dan digunakan melalui web browser.

Perusahaan seperti Shutterstock memiliki 2 jenis model pendapatan, membership dan lisensi. Microsoft office dijual melalui skema lisensi meskipun memiliki value proposition yang dapat disebut sebagai SaaS. Terdapat pro dan kontra untuk kedua model, model yang tepat untuk bisnismu tergantung pada produk, kebutuhan konsumen, pasar dan kompetitor.

Freemium

Google Drive, Dropbox, Mailchimp, Skype merupakan beberapa contoh yang menerapkan model freemium. Freemium merupakan sebuah pricing strategi yang menyediakan fungsionalitas dari sebuah produk kepada pengguna secara gratis dengan membujuk pengguna untuk meningkatkan paket berbayar untuk menikmati fitur unggulan yang masih terkunci. Freemium merupakan strategi akuisisi pengguna yang efektif tanpa membebankan biaya di muka.

Coba perhatikan, bisnis tidak harus tetap memegang teguh pada satu model. Sebagai contoh Amazon adalah perusahaan yang menerapkan masing-masing dari ke-6 model meskipun dimulai sebagai situs e-commerce untuk buku. Saat bisnis kamu tumbuh, model-model baru akan berkembang. Pada tahap awal bisnis kamu, mulailah dengan model yang memberikan value yang tinggi tanpa membuang waktu yang tidak perlu. Untuk sementara produk dapat bersaing dan berjalan sesuai rencana, biarkan pelanggan kamu memberitahu kamu apa yang mereka butuhkan dan bagaimana.

Artikel ini telah dimodifikasi dan diterjemahkan dari artikel asli berbahasa inggris yang berjudul 6 Revenue Models Every Entrepreneur Should Know
[full-width]
Mengenal dan Mengukur Pertumbuhan Bisnis dengan AARRR!(Pirate Metric Startup)

Mengenal dan Mengukur Pertumbuhan Bisnis dengan AARRR!(Pirate Metric Startup)



Memiliki pertumbuhan bisnis yang optimal dan dapat diukur merupakan hal yang diinginkan oleh pemilik bisnis. Banyak metrik yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan bisnis. 

Pada tahun 2007, seorang Venture Capitalist, Angel Investor, dan founder dari 500 startup yang bernama Dave McClure mengenalkan sebuah framework untuk mengukur pertumbuhan bisnis dengan 5 langkah. Metrik ini disebut AARRR! atau metrik startup bajak laut. Terdengar menyeramkan bukan? 

AARRR merupakan sebuah singkatan dari Acquisition, Activation, Retention, Referral, dan Revenue. Metrik ini memegang prinsip yang efektif, simple, dan mudah untuk dieksekusi. Lalu bagaimana cara melakukannya?

Lima Tahap Customer Lifecycle

Acquisition
Bagaimana dan darimana kita mendapatkan customer?
Activation
Bagaimana pengalaman customer dalam menggunakan produk?
Retention
Apakah customer akan kembali menggunakan produk kita? Berapa banyak? 
Referral
Apakah customer rela menyarankan produk kita ke orang lain? Sehingga customer baru didapatkan?
Revenue
Bagaimana cara kita meningkatkan pemasukan?

Dari ke-5 customer lifecycle akan saya jelaskan perbagian, let’s begin!

1. Acquisition - Bagaimana dan darimana kita mendapatkan pengguna?

Pada fase ini bagaimana orang-orang menemukan produk kita dan berubah menjadi customer kita. Jika kita menganalogikan dengan percintaan, tahapan PDKT termasuk diperhitungkan dalam proses.

Saya berikan contoh customer journey untuk bisnis lembaga bimbingan belajar yang go-digital.
Mengunjungi situs > melakukan pendaftaran > berpartisipasi trial class atau kelas percobaan > menghubungi team sales > konversi menjadi customer.
Adapun semua langkah yang sebelum terjadi juga dihitung sebagai micro-conversion atau konversi kecil. Bagi sebuah bisnis yang memiliki tim sales yang aktif harus membedakan antara lead dan qualified lead.

Apa bedanya lead dan qualified lead? lead adalah pengunjung situs yang kamu didapatkan dari kontak hingga email. Meskipun kamu telah mendapatkan kontak dan emailnya, belum tentu mereka tertarik dengan produk kamu. Mungkin mereka hanya ingin tahu tentang produk kamu saja.

Sedangkan qualified lead adalah jika salah satu lead kamu melakukan micro-conversion, contohnya mereka mengikuti trial class yang kamu tawarkan, maka disebut qualified lead. Mereka terlibat aktif dengan produk dan layanan kamu. Mereka inilah yang harus kamu targetkan oleh tim sales.


Lead Journey | Sumber: Medium

2. Activation - Bagaimana pengalaman customer dalam menggunakan produk?

Activation merupakan pengalaman pertama customer menggunakan produk kamu. Semua akan percuma jika kamu berhasil membuat customer mendownload aplikasi kamu atau membeli produk kamu untuk pertama kalinya, tetapi mereka tidak puas dan langsung menghentikan menggunakannya. Artinya disini ada yang salah dengan produk kamu. Kamu dan tim kamu wajib menyelidiki permasalahan ini. Activation sendiri memiliki rupa yang berbeda untuk setiap jenis bisnis. Untuk bisnis e-commerce, activation bisa dibilang tidak sepenting conversion. 

Activation memiliki pengaruh yang lebih besar pada aplikasi dan bisnis SaaS (Software-as-a-service). Untuk aplikasi, kamu harus melihat activation setelah orang mendownload atau mendaftar untuk aplikasi kamu. Apakah mereka hanya menggunakannya sekali dan tidak menggunakannya lagi?

Sebagai contoh, Twitter menyadari bahwa begitu kamu mem-follow 30 orang, kamu kemungkinan besar akan kembali sehingga mereka menyarankan akun populer ketika kamu mendaftar. 

Untuk mendapatkan kepuasan dari pengguna tentunya tidak terlepas dari proses pengujian, pengujian, dan pengujian.

3. Retention - Apakah customer akan kembali menggunakan produk kita? Berapa banyak? Apa yang akan kita berikan?

Retention berarti customer kamu selalu melakukan repeat order secara terus menerus. Misalnya untuk ecommerce, customer tidak hanya melakukan aktivitas pembelian hanya sekali saja. 

Menurut Harvard Business Review, mendapatkan pelanggan baru memiliki harga 5-25x lebih mahal daripada mempertahankan yang sudah ada. Oleh karena itu, jauh lebih murah untuk menjual produk lagi ke pelanggan yang telah kita dapatkan.

Bagaimana cara meningkatkan retensi pelanggan? Cara yang paling efektif adalah email automasi. Email automasi sangat tepat untuk mempertahankan bahwa kamu masih berkomunikasi dengan pelanggan. Atau, jika kamu memiliki nomor Whatsapp pelanggan, kamu dapat melakukan follow up / penawaran produk kamu kepada pelanggan.

4. Referral - Apakah customer rela menyarankan produk kita ke orang lain? Sehingga customer baru didapatkan?

Referral secara singkatnya adalah bagaimana merubah customer kamu menjadi influencer produk kamu secara gratis. Bagaimana mereka akan mempromosikan produk kamu ke teman-teman mereka. Kekuatan dari word of mouth merupakan strategi yang sangat bagus untuk diterapkan. Jika saat ini kita mengambil contoh brand local yang hangat diperbincangkan. Ya, sepatu Compass, bagaimana Compass memanfaatkan influencer untuk membangun produknya secara fancy dengan menggunakan word of mouth dan viral marketing. 

5. Revenue - Bagaimana proses kita meningkatkan pemasukan?
Pemilik bisnis pasti menginginkan peningkatan pemasukan. Banyak pula jenis bisnis model yang perlu dicoba untuk meningkatkan pemasukan. Tentunya, jika startup wajib untuk mencari untuk mendapatkan revenue, berbeda dengan bisnis konvensional yang lebih menggunakan margin sebagai pemasukannya. Ada 6 jenis bisnis model pula yang perlu diketahui oleh para pemilik bisnis seperti bisnis model on-demand, freemium, marketplace, ecommerce, licenses, dan membership.

Ringkasnya, metrik AARRR merupakan cara yang efektif untuk mengukur pertumbuhan bisnis kamu. Akan tetapi kamu perlu melakukan riset lebih jauh untuk detail dari setiap langkahnya.

[full-width]
Memecahkan Masalah Bisnis dengan Menggunakan Design Sprint

Memecahkan Masalah Bisnis dengan Menggunakan Design Sprint

Ilustrasi Design Sprint | sumber: google
Apakah kamu pernah mendengar mengenai Design Sprint? Design Sprint merupakan sebuah metodologi yang dikembangkan dari Design Thinking. Jika ingin mengetahui perbedaanya dapat membaca artikel saya yang mengenai Bagaimana Cara Membedakan Design Thinking dan Design Sprint, Mana yang Tepat untuk Dipilih?

Design Sprint ditemukan oleh Jake Knapp dari Google Ventures. Design Sprint merupakan versi praktis dari Design Thinking. Design Sprint adalah sebuah framework untuk menyelesaikan sebuah masalah melalui desain, pembuatan prototipe, dan pengujian ide dalam waktu 5 hari. Proses Design Sprint dilakukan oleh beberapa orang. Idealnya orang-orang yang terlibat dalam Design Sprint terdiri dari fasilitator Design Sprint, Decision Maker, Designer Person, Technical Person, dan Marketing Person.

Ada hal yang perlu diperhatikan dalam menyelesaikan masalah bisnis:
Tidak setiap solusi punya problem, dan tidak setiap problem punya customer
Tapi…
Setiap customer pasti punya problem, dan setiap problem pasti punya solusi
Sebelum memasuki ke tahapan Design Sprint, siapkan beberapa hal ini;
  1. Gunakanlah Data sebagai landasan untuk melangkah. Carilah data mengenai siapa calon customer kita hingga kompetitor sebanyak-banyaknya.
  2. Ilustrasi Customer dan User
  3. Bedakan antara customer dan user. Customer merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan masalah dan mau membayar untuk menyelesaikan masalahnya.
  4. Peganglah prinsip-prinsip design sprint seperti open mind, minimaze group brainstorming, menghargai waktu hingga proses, dan design thinking thinker(empati, kreativitas, dan rasionalitas).
  5. Siapkan peralatan Design Sprint seperti sticky notes, spidol, whiteboards, dot sticker, time timers, jajanan untuk menjernihkan pikiran.

Jika kamu telah menyiapkan semuanya, siapkan masalah dalam kalimat tantangan. Contoh: Merancang produk bubur bayi sehat untuk balita, dengan target diluncurkan pada kuartal 4 2020. Fokuslah terhadap user.

Ilustrasi Kegiatan Design Sprint

Design Sprint dilakukan selama lima hari dimulai dari hari senin hingga hari jumat. Setiap hari berisi beberapa tahapan proses diantaranya: Understand, Diverge, Decide, Prototype, and Validate. Beberapa aktivitas yang dilakukan antara lain:

Hari Senin - Understanding:
Sesi ini merupakan sesi dimana pelaku design sprint menyamakan gagasan. Jika kita mengambil contoh: merancang produk bubur bayi sehat untuk balita, dengan target diluncurkan pada kuartal 4 2020. Dengan menetapkan target maka rencana dan persiapan design sprint akan lebih terarah. Apakah target yang dicapai terlalu mudah atau terlalu sulit dapat dipertimbangkan pada sesi ini.

Hari Selasa - Diverge
Membuat banyak sketsa sebanyak-banyaknya merupakan tahapan yang ada di tahap ini. Agar lebih terarah dalam pembuatannya, saya menyarankan untuk menggunakan metode Crazy 8 pada tahap ini. Tentukan pula user persona(representasi calon pengguna) pada tahap ini agar dapat di test pada hari Jumat.
Ilustrasi Crazy 8

Hari Rabu - Decide
Setelah membuat banyak sketsa, maka pada sesi ini adalah penentuan sketsa mana yang akan digunakan, setiap sketsa dipertanggungjawabkan oleh pembuatnya untuk dipresentasikan. Kemudian ide terbaik akan dipilih berdasarkan voting terbanyak.

Hari Kamis - Prototype
Pembuatan prototype MVP(Minimum Viable Product) akan dilaksanakan pada hari ini. Dan siapkan pula pertanyaan untuk persiapan user interview pada hari Jumat.

Hari Jumat - Validate
Di hari terakhir kita akan menguji prototype kita kepada user. Dari proses ini kita akan mengumpulkan feedback dan reaksi dari mereka. Hal ini akan berguna untuk perbaikan selanjutnya.

Simak video berikut untuk memahami design sprint cepat: 

Bagaimana? Tertarik untuk menggunakan Design Sprint untuk bisnis kamu?

Referensi:
Google Ventures, “Design Sprint”, https://www.gv.com/sprint/

[full-width]