Membuat Business Model Canvas Secara Tepat
Kali ini saya akan membagikan sudut pandang dan pengalaman saya mengenai bagaimana mendesain business model canvas secara tepat. Ada sebuah fakta menarik, berdasarkan penelitian SEA Group kepada 14.000 responden, bahwa sebanyak 24% pemuda Indonesia ingin memiliki bisnis sendiri, sisanya ingin 17% bekerja di pemerintahan; 16,5% ingin melanjutkan usaha keluarga; dan 3,2% ingin bekerja di rintisan startup.
Menjadi pengusaha bukanlah hal yang mudah, untuk itu kita perlu perencanaan yang baik sebelum eksekusi. Kalo kata Winston Churchil sih begini;
“Those who plan do better than those who do not plan, even should they rarely stick to their plan.”
Singkatnya, merencanakan lebih baik daripada tidak memiliki rencana, meskipun terkadang kita tidak mematuhi rencana tersebut. Bisnis yang baik dibuat dengan rencana yang baik, meskipun terkadang tidak ada paramater yang pasti mengenai kesuksesan. Salah satu tools yang sering digunakan dalam merencanakan rencana bisnis adalah Business Model Canvas. Business Model Canvas ditemukan oleh Alexander Osterwalder, yang mana diciptakan untuk membantu organisasi bisnis untuk memetakan dan menganalisis model bisnis.
Sebelum merencanakan membuat Business Model Canvas, saya sarankan untuk mengetes produk/ide kreatif kamu ke market, apakah market mau menerima produk kamu, ujungnya produk yang kamu buat ingin disukai market bukan? Baik, katakanlah produk kamu disukai oleh market, dari 10 orang 7 orang mau membeli produk/bisnis kamu. Sekarang saatnya menentukan Business Model Canvas produk kamu.
Business Model Canvas sendiri merupakan sekumpulan 9 blok yang mempertimbangkan berbagai aspek dalam 1 canvas. Adapun 9 blok tersebut terdiri dari Customer Segments, Value Propositions, Channels, Customer Relationship, Revenue Streams, Key Activities, Key Resources, Key Partners dan Cost Structure. Mari lihat gambar Business Model Canvas berikut: