Mengenal dan Mengukur Pertumbuhan Bisnis dengan AARRR!(Pirate Metric Startup)

Mengenal dan Mengukur Pertumbuhan Bisnis dengan AARRR!(Pirate Metric Startup)



Memiliki pertumbuhan bisnis yang optimal dan dapat diukur merupakan hal yang diinginkan oleh pemilik bisnis. Banyak metrik yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan bisnis. 

Pada tahun 2007, seorang Venture Capitalist, Angel Investor, dan founder dari 500 startup yang bernama Dave McClure mengenalkan sebuah framework untuk mengukur pertumbuhan bisnis dengan 5 langkah. Metrik ini disebut AARRR! atau metrik startup bajak laut. Terdengar menyeramkan bukan? 

AARRR merupakan sebuah singkatan dari Acquisition, Activation, Retention, Referral, dan Revenue. Metrik ini memegang prinsip yang efektif, simple, dan mudah untuk dieksekusi. Lalu bagaimana cara melakukannya?

Lima Tahap Customer Lifecycle

Acquisition
Bagaimana dan darimana kita mendapatkan customer?
Activation
Bagaimana pengalaman customer dalam menggunakan produk?
Retention
Apakah customer akan kembali menggunakan produk kita? Berapa banyak? 
Referral
Apakah customer rela menyarankan produk kita ke orang lain? Sehingga customer baru didapatkan?
Revenue
Bagaimana cara kita meningkatkan pemasukan?

Dari ke-5 customer lifecycle akan saya jelaskan perbagian, let’s begin!

1. Acquisition - Bagaimana dan darimana kita mendapatkan pengguna?

Pada fase ini bagaimana orang-orang menemukan produk kita dan berubah menjadi customer kita. Jika kita menganalogikan dengan percintaan, tahapan PDKT termasuk diperhitungkan dalam proses.

Saya berikan contoh customer journey untuk bisnis lembaga bimbingan belajar yang go-digital.
Mengunjungi situs > melakukan pendaftaran > berpartisipasi trial class atau kelas percobaan > menghubungi team sales > konversi menjadi customer.
Adapun semua langkah yang sebelum terjadi juga dihitung sebagai micro-conversion atau konversi kecil. Bagi sebuah bisnis yang memiliki tim sales yang aktif harus membedakan antara lead dan qualified lead.

Apa bedanya lead dan qualified lead? lead adalah pengunjung situs yang kamu didapatkan dari kontak hingga email. Meskipun kamu telah mendapatkan kontak dan emailnya, belum tentu mereka tertarik dengan produk kamu. Mungkin mereka hanya ingin tahu tentang produk kamu saja.

Sedangkan qualified lead adalah jika salah satu lead kamu melakukan micro-conversion, contohnya mereka mengikuti trial class yang kamu tawarkan, maka disebut qualified lead. Mereka terlibat aktif dengan produk dan layanan kamu. Mereka inilah yang harus kamu targetkan oleh tim sales.


Lead Journey | Sumber: Medium

2. Activation - Bagaimana pengalaman customer dalam menggunakan produk?

Activation merupakan pengalaman pertama customer menggunakan produk kamu. Semua akan percuma jika kamu berhasil membuat customer mendownload aplikasi kamu atau membeli produk kamu untuk pertama kalinya, tetapi mereka tidak puas dan langsung menghentikan menggunakannya. Artinya disini ada yang salah dengan produk kamu. Kamu dan tim kamu wajib menyelidiki permasalahan ini. Activation sendiri memiliki rupa yang berbeda untuk setiap jenis bisnis. Untuk bisnis e-commerce, activation bisa dibilang tidak sepenting conversion. 

Activation memiliki pengaruh yang lebih besar pada aplikasi dan bisnis SaaS (Software-as-a-service). Untuk aplikasi, kamu harus melihat activation setelah orang mendownload atau mendaftar untuk aplikasi kamu. Apakah mereka hanya menggunakannya sekali dan tidak menggunakannya lagi?

Sebagai contoh, Twitter menyadari bahwa begitu kamu mem-follow 30 orang, kamu kemungkinan besar akan kembali sehingga mereka menyarankan akun populer ketika kamu mendaftar. 

Untuk mendapatkan kepuasan dari pengguna tentunya tidak terlepas dari proses pengujian, pengujian, dan pengujian.

3. Retention - Apakah customer akan kembali menggunakan produk kita? Berapa banyak? Apa yang akan kita berikan?

Retention berarti customer kamu selalu melakukan repeat order secara terus menerus. Misalnya untuk ecommerce, customer tidak hanya melakukan aktivitas pembelian hanya sekali saja. 

Menurut Harvard Business Review, mendapatkan pelanggan baru memiliki harga 5-25x lebih mahal daripada mempertahankan yang sudah ada. Oleh karena itu, jauh lebih murah untuk menjual produk lagi ke pelanggan yang telah kita dapatkan.

Bagaimana cara meningkatkan retensi pelanggan? Cara yang paling efektif adalah email automasi. Email automasi sangat tepat untuk mempertahankan bahwa kamu masih berkomunikasi dengan pelanggan. Atau, jika kamu memiliki nomor Whatsapp pelanggan, kamu dapat melakukan follow up / penawaran produk kamu kepada pelanggan.

4. Referral - Apakah customer rela menyarankan produk kita ke orang lain? Sehingga customer baru didapatkan?

Referral secara singkatnya adalah bagaimana merubah customer kamu menjadi influencer produk kamu secara gratis. Bagaimana mereka akan mempromosikan produk kamu ke teman-teman mereka. Kekuatan dari word of mouth merupakan strategi yang sangat bagus untuk diterapkan. Jika saat ini kita mengambil contoh brand local yang hangat diperbincangkan. Ya, sepatu Compass, bagaimana Compass memanfaatkan influencer untuk membangun produknya secara fancy dengan menggunakan word of mouth dan viral marketing. 

5. Revenue - Bagaimana proses kita meningkatkan pemasukan?
Pemilik bisnis pasti menginginkan peningkatan pemasukan. Banyak pula jenis bisnis model yang perlu dicoba untuk meningkatkan pemasukan. Tentunya, jika startup wajib untuk mencari untuk mendapatkan revenue, berbeda dengan bisnis konvensional yang lebih menggunakan margin sebagai pemasukannya. Ada 6 jenis bisnis model pula yang perlu diketahui oleh para pemilik bisnis seperti bisnis model on-demand, freemium, marketplace, ecommerce, licenses, dan membership.

Ringkasnya, metrik AARRR merupakan cara yang efektif untuk mengukur pertumbuhan bisnis kamu. Akan tetapi kamu perlu melakukan riset lebih jauh untuk detail dari setiap langkahnya.

[full-width]
Memecahkan Masalah Bisnis dengan Menggunakan Design Sprint

Memecahkan Masalah Bisnis dengan Menggunakan Design Sprint

Ilustrasi Design Sprint | sumber: google
Apakah kamu pernah mendengar mengenai Design Sprint? Design Sprint merupakan sebuah metodologi yang dikembangkan dari Design Thinking. Jika ingin mengetahui perbedaanya dapat membaca artikel saya yang mengenai Bagaimana Cara Membedakan Design Thinking dan Design Sprint, Mana yang Tepat untuk Dipilih?

Design Sprint ditemukan oleh Jake Knapp dari Google Ventures. Design Sprint merupakan versi praktis dari Design Thinking. Design Sprint adalah sebuah framework untuk menyelesaikan sebuah masalah melalui desain, pembuatan prototipe, dan pengujian ide dalam waktu 5 hari. Proses Design Sprint dilakukan oleh beberapa orang. Idealnya orang-orang yang terlibat dalam Design Sprint terdiri dari fasilitator Design Sprint, Decision Maker, Designer Person, Technical Person, dan Marketing Person.

Ada hal yang perlu diperhatikan dalam menyelesaikan masalah bisnis:
Tidak setiap solusi punya problem, dan tidak setiap problem punya customer
Tapi…
Setiap customer pasti punya problem, dan setiap problem pasti punya solusi
Sebelum memasuki ke tahapan Design Sprint, siapkan beberapa hal ini;
  1. Gunakanlah Data sebagai landasan untuk melangkah. Carilah data mengenai siapa calon customer kita hingga kompetitor sebanyak-banyaknya.
  2. Ilustrasi Customer dan User
  3. Bedakan antara customer dan user. Customer merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan masalah dan mau membayar untuk menyelesaikan masalahnya.
  4. Peganglah prinsip-prinsip design sprint seperti open mind, minimaze group brainstorming, menghargai waktu hingga proses, dan design thinking thinker(empati, kreativitas, dan rasionalitas).
  5. Siapkan peralatan Design Sprint seperti sticky notes, spidol, whiteboards, dot sticker, time timers, jajanan untuk menjernihkan pikiran.

Jika kamu telah menyiapkan semuanya, siapkan masalah dalam kalimat tantangan. Contoh: Merancang produk bubur bayi sehat untuk balita, dengan target diluncurkan pada kuartal 4 2020. Fokuslah terhadap user.

Ilustrasi Kegiatan Design Sprint

Design Sprint dilakukan selama lima hari dimulai dari hari senin hingga hari jumat. Setiap hari berisi beberapa tahapan proses diantaranya: Understand, Diverge, Decide, Prototype, and Validate. Beberapa aktivitas yang dilakukan antara lain:

Hari Senin - Understanding:
Sesi ini merupakan sesi dimana pelaku design sprint menyamakan gagasan. Jika kita mengambil contoh: merancang produk bubur bayi sehat untuk balita, dengan target diluncurkan pada kuartal 4 2020. Dengan menetapkan target maka rencana dan persiapan design sprint akan lebih terarah. Apakah target yang dicapai terlalu mudah atau terlalu sulit dapat dipertimbangkan pada sesi ini.

Hari Selasa - Diverge
Membuat banyak sketsa sebanyak-banyaknya merupakan tahapan yang ada di tahap ini. Agar lebih terarah dalam pembuatannya, saya menyarankan untuk menggunakan metode Crazy 8 pada tahap ini. Tentukan pula user persona(representasi calon pengguna) pada tahap ini agar dapat di test pada hari Jumat.
Ilustrasi Crazy 8

Hari Rabu - Decide
Setelah membuat banyak sketsa, maka pada sesi ini adalah penentuan sketsa mana yang akan digunakan, setiap sketsa dipertanggungjawabkan oleh pembuatnya untuk dipresentasikan. Kemudian ide terbaik akan dipilih berdasarkan voting terbanyak.

Hari Kamis - Prototype
Pembuatan prototype MVP(Minimum Viable Product) akan dilaksanakan pada hari ini. Dan siapkan pula pertanyaan untuk persiapan user interview pada hari Jumat.

Hari Jumat - Validate
Di hari terakhir kita akan menguji prototype kita kepada user. Dari proses ini kita akan mengumpulkan feedback dan reaksi dari mereka. Hal ini akan berguna untuk perbaikan selanjutnya.

Simak video berikut untuk memahami design sprint cepat: 

Bagaimana? Tertarik untuk menggunakan Design Sprint untuk bisnis kamu?

Referensi:
Google Ventures, “Design Sprint”, https://www.gv.com/sprint/

[full-width]

Bagaimana Cara Membedakan Design Thinking dan Design Sprint, Mana yang Tepat untuk Dipilih?

Bagaimana Cara Membedakan Design Thinking dan Design Sprint, Mana yang Tepat untuk Dipilih?

[full-width]
Semenjak industri startup di Indonesia menggeliat banyak para founder mencari cara untuk membangun produknya agar disukai oleh marketnya. Ada banyak cara agar produknya disukai oleh target marketnya. Dua cara diantaranya adalah menggunakan Design Thinking dan Design Sprint. 

Design Thinking adalah sebuah proses inovatif problem-solving yang berfokus pada pengguna atau user. Design Thinking sendiri dipopulerkan oleh David Kelley dan Tim Brown pendiri IDEO – sebuah konsultan desain yang berlatar belakang desain produk berbasis inovasi. Sedangkan Design Sprint adalah sebuah framework untuk tim dengan berbagai jenis ukuran untuk menyelesaikan sebuah masalah dan pengujian ide selama 2-5 hari.

Design Sprint merupakan proses metodologis berdasarkan Design Thinking. Tahu nggak sih perbedaannya seperti apa? Saya akan menggunakan analogi untuk menjelaskan perbedaan Design Thinking dan Design Sprint. Analogi yang saya gunakan adalah analogi dalam pembuatan makanan yang inovatif. Katakanlah 'Burger' merupakan produk inovatif yang akan kita selesaikan.

sumber: google

Jika inovasi merupakan alasan untuk menggunakan pola pikir seperti Design Thinking maka saya akan mendefinisikan lebih lanjut menggunakan analogi makanan agar lebih mudah dipahami. Jadi, Design Thinking merupakan sebuah kelas masak. Disitu kamu akan belajar mengenai filosofi belajar memasak, bagaimana cara kerjanya, apa sih bahan-bahan yang dibutuhkan, bagaimana menyiapkan item yang diperlukan. Jadi sekarang kamu punya 2 kunci utama yaitu inovatif produk (Burger) dan kelas masak.

Disinilah Design Sprint bekerja. Design sprint dalam analogi makanan merupakan sebuah resep. Di dalam resep kamu tahu betul apa yang dibutuhkan, apa saja bahannya, dan kapan waktu untuk melakukannya.

sumber: cookpad 

Mengikuti kelas masak merupakan hal yang keren, tapi tanpa resep. Kamu akan menghabiskan waktu hanya untuk mencari bagaimana membuat burger dengan cita rasa yang unik. Jadi, Design Thinking adalah dasar, filosofi, alat untuk inovasi. Dan layak dilakukan. Tetapi Design Sprint adalah salah satu cara hebat untuk mengeksekusi semuanya secara sistematis. Design Sprint dapat dilakukan di berbagai organisasi atau komunitas. Masih bingung? Coba perhatikan gambar berikut ini.

sumber: Medium
Zen Habits - Meraih Kesederhanaan, Kebahagiaan, dan Produktivitas dalam Hidup

Zen Habits - Meraih Kesederhanaan, Kebahagiaan, dan Produktivitas dalam Hidup


Leo Babauta seakan mengerti apa saja hal yang sebenarnya dibutuhkan oleh manusia. Buku ini merupakan bagian dari “Greatest Self-Improvement Books Series” dari Leo Babauta. Dalam buku ini Leo Babauta mengajarkan bagaimana hidup dalam kesederhanaan, tapi bukan berarti kikir ya!

Masing-masing orang tentunya memiliki jalan hidupnya, dan tidak akan mungkin setiap orang memiliki kisah yang sama. Dalam buku ini mengilas balik apa saja yang telah kamu lakukan selama hidup ini. Coba bayangkan, pernah nggak sih kamu merasa hanyut dalam kehidupan dan nggak tahu arah yang akan kamu tuju? Tiba-tiba kamu sudah tumbuh menjadi orang dewasa, dengan beban yang bertambah pula. 

Cobalah menjawab beberapa pertanyaan ini yang saya petik dari buku ini.
  1. Apakah kamu menekuni pekerjaan yang kamu sukai dan bukan pekerjaan yang kamu inginkan 
  2. Apakah kamu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada kamu ketimbang mengerjakan tugas-tugas yang kamu sukai ?
  3. Apakah kamu menghabiskan waktu kamu dengan sibuk bekerja ketimbang melakukan hal-hal yang ingin anda lakukan dalam sehari-hari ?
  4. Apakah kamu berharap dapat menghabiskan waktu lebih banyak bersama orang-orang terkasih ?
  5. Apakah kamu mendapati diri anda hidup dari gaji ke gaji atau utang, tanpa tahu kemana perginya uang kamu ?
Jika kamu sebagian besar menjawab pertanyaan ini dengan jawaban “Ya”, maka kamu terlanjur hanyut dalam kehidupan. Saya sarankan untuk membaca buku ini. Buat kamu yang ingin membeli dapat diakses disini bit.ly/zenhabitsbook

[full-width]