Mengenal Startup Lebih Dekat

Mengenal Startup Lebih Dekat

[full-width]

Jika mendengar kata startup bagi orang Indonesia pasti akan mengacu kepada brand leader yang ada seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka. Padahal diluar sana lebih banyak startup yang gagal daripada yang sukses dengan potensi kegagalan mencapai 90%. Berdasarkan laporan dari CBInsights ada 20 alasan mengapa startup gagal. Keempat diantaranya yang paling teratas adalah tidak dibutuhkan oleh market(no market need), kehabisan uang(run out of cash), tim yang tidak tepat(not the right team), kalah bersaing(get outcompeted). 

Secara bahasa startup adalah sebuah perusahaan rintisan yang belum lama beroprasi dan masih berusaha untuk menemukan pasarnya melalui beberapa fase pengembangan. Sedangkan UKM menurut perundangan di Indonesia adalah jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sebagai perbandingannya sebagai berikut:

1. Sebuah sosial media agency adalah bisnis UKM, sedangkan sebuah software yang dapat merencanakan dan mengautomatiskan sosial media adalah startup.
2. Sebuah software agency adalah bisnis UKM sedangkan sebuah software yang memungkinkan penggunannya untuk membuat softwarenya sendiri adalah startup.

Kira-kira begitu, selain itu  hal yang membedakan startup dengan UKM adalah dari siklus keuangan perusahaannya, besaran market dan karakternya. Siklus keuangan dari startup sendiri terbagi menjadi beberapa fase. Berikut merupakan fase dari startup.

sumber: startup explore

Nah, darimana startup mendapatkan modal? Yang paling dekat untuk startup di tahap pre-seed hingga seed adalah angel investor dan 3F. Apa itu angel investor dan 3F? Angel Investor merupakan seorang investor yang yakin akan ide kamu dan eksekusi diri kamu, biasanya angel investor akan lebih menyukai sebuah startup yang telah memiliki prototype hingga MVP. Sedangkan 3F = friends, family, dan fools(orang gila). Saya lebih menyebut fools sebagai orang gila, karena mereka merupakan sekumpulan orang yang bertaruh akan ide kamu. Pada tahap Valley of Death terdiri dari startup pre-seed dan seed startup yang berusaha untuk bertahan dan mencari sebuah market. Jika startup tersebut dapat bertahan biasanya mereka akan ke tahap selanjutnya yaitu early stage, ditahap ini banyak venture capital(sebuah perusahaan yang menginvestasikan dana ke sebuah startup) yang berminat untuk menginvestasikan dananya, namun ada juga venture capital yang bermain ditahap seed. Pada tahap early stage biasanya terbagi menjadi beberapa series seperti series A,B,C, dan seterusnya(1,2,3 jika melihat pada gambar). Biasanya untuk startup yang ke later stage merupakan startup yang telah menemukan marketnya dan berpotensi sebagai market leader, jika startup tersebut merasa percaya diri dengan keuangannya maka startup tersebut bisa jadi berusaha melakukan IPO. Jika startup tersebut tidak menemukan marketnya ditahap tersebut, biasanya para pendiri telah memikirkan opsi untuk merger dan akuisisi agar startup tersebut bertahan. Berapa sih nominal setiap tahapannya?

Berdasarkan dari kelas Wharton Entrepreneurship, biasanya untuk tahap pre-seed dibawah $500K, tahap seed dibawah $1,5 juta, tahap A series dibawah $5 juta. Setiap startup yang berhasil mendapatkan investasi, perjalanan sebuah dana investasi tersebut dihitung berdasarkan runway/tenggang periode, misalnya 18 bulan. Dengan nominal investasi yang didapatkan berapa banyak market yang dapat didapatkan.

Pergerakan Startup secara Global

Startup sendiri berawal dari tahun 90-an hingga 2000-an yang mana saat itu terjadi gelombang dot com. Banyak perusahaan yang mulai menarik minatnya untuk membuat website sendiri. Landscape startup sendiri dimulai dari Amerika tepatnya Sillicon Valley dengan munculnya banyak perusahaan rintisan dari Facebook, Uber, hingga Airbnb, dan diikuti oleh landscape China yang telah melahirkan banyak startup besar seperti Alibaba, Didi Chuxing, hingga JD. Di Indonesia sendiri startup mulai ramai dibicarakan pada 2009 hingga 2012-san dimana Tokopedia, Bukalapak, Tiket, Traveloka, Blibli hingga Gojek bermula.

Di dunia startup juga tak lepas dari banyaknya kontroversi. Kontroversi yang terbesar dan terjadi di Sillicon Valley adalah Theranos. Theranos sendiri memiliki valuasi(nilai sebuah perusahaan) sekitar US$10 milliar namun terkbukti penipuan. Bagaimana idenya? Idenya adalah menciptakan penutup lengan atau sarung tangan yang dapat mengambil setetes sampel darah untuk memeriksa adanya penyakit menular. Jika terdeteksi positif, maka pasien akan langsung diberikan antibiotik. Ada juga WeWork yang merupakan co-working space yang terkena skandal dari para pendirinya. Hingga Uber yang tak dapat bertahan di ASEAN. Menarik bukan? Bagaimana pertumbuhan startup di ASEAN? Di ASEAN sendiri memiliki pertumbuhan startup yang sangat signifikan. Berdasarkan data CBInsights pada Januari 2019, terdapat 3.617 startup yang didirikan di wilayah Asia Tenggara. 

Kenapa Indonesia memerlukan lebih banyak startup? Yang paling mendasar adalah membuka lowongan kerja baru terutama untuk kalangan sarjana, namun beberapa para pendiri startup tidak terlalu mementingkan sebuah gelar, asalkan individu tersebut memiliki kemampuan atau skill set yang dibutuhkan oleh startup tersebut. Selain itu, jika startup tersebut berhasil melakukan merger/akuisisi atau IPO dapat melahirkan angel investor baru yang dapat mendukung iklim startup di Indonesia. Di Amerika ada sebutan Paypal mafia, yang mana para pendirinya terdahulu telah berhasil exit dan membangun startup kembali ataupun menjadi angel investor. Sosok yang paling terkenal dari Paypal mafia adalah Elon Musk. Di Indonesia sendiri ada sebutan Gojek Mafia yang mana sekarang sangat berpengaruh di landscape startup Indonesia.

Bagaimana memulai Startup?

Saya akan menjelaskan startup lebih dalam pada bagian ini, saya akan mengacu kepada seseorang yang berperan besar dalam lingkup global. Dia adalah Paul Graham, anak startup pasti tahu siapa dia. Dia merupakan legendaris Venture Capitalist dan founder dari Y Combinator. Menurut beliau, Startups = Sulit, tapi bisa dilakukan. Adapun 3 faktor dalam membangun startup yang perlu diperhatikan, diantaranya; 

1. Potensi Ide atau ideas
Sebuah idenya pun ketika dieksekusi setidaknya memenuhi 2 karakter berikut yang pertama adalah repeatable(dapat diulang secara proses dan dapat dilakukan), dan yang kedua adalah scalable(dapat terukur dan dibesarkan) yang mana akan mendorong untuk pertumbuhan yang cepat dan keuntungan.

2. Para Karyawan atau employees
Seperti perkataan Paul Graham bahwa “Good people can fix bad ideas, but good ideas can’t save bad people”. Yang berarti para karyawan sebuah startup akan berarti jika memiliki sikap seseorang yang gigih, tidak pernah puas, dan memiliki pandangan bahwa harus menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya, singkatnya adalah growth mindset.

3. Para Pendiri atau Founder
Menurut Paul Graham sebuah startup yang baik setidaknya memiliki 2 pendiri dan tidak lebih dari 4 pendiri yang mana jika lebih memiliki dari 4 pendiri akan lebih banyak memunculkan ketidaksepakatan dan keputusan akan sulit dibuat. Disisi lain, para founder harus memiliki keahlian pada bidangnya. Secara umum pendiri startup terdiri dari seorang Hipster(Orang yang dapat menggambarkan ide hingga dapat dieksekusi dalam bentuk prototyping/design), Hustler(Seorang marketer hingga sales), Hacker(Seseorang yang dapat mengeksekusi ide menjadi bagian kode). Startup sendiri tidak harus memiliki seorang hacker jika pada ide awalnya tidak membutuhkan seorang Hacker.

Jika kamu memang ingin membangun sebuah Startup, saya sangat menyarankan untuk menyelesaikan series dari Paul Graham di Youtube dengan nama channelnya adalah How to Start a Startup yang mana terdiri dari 20 series tentang memulai startup dari A hingga Z. Link channel: https://www.youtube.com/channel/UCxIJaCMEptJjxmmQgGFsnCg

Bagaimana mendapatkan investasi? Untuk mendapatkan investasi telah saya jelaskan pada paragraf sebelumnya. Coba juga melakukan cold email ke beberapa angel investor atau venture capital. Sebelum memikirkan investasi, saya sangat menyarankan untuk sebuah startup awal untuk mengikuti inkubator/akselerator, jika memang diperlukan. Inkubator/akselerator dapat memberikan mentorship hingga networking yang akan mendorong startup untuk tumbuh dan berkembang.

Di Indonesia sendiri terdapat banyak inkubator ataupun akselerator. Diantaranya untuk pre-inkubator ada Bekup, Gerakan 1000 startup. Inkubator ada IDX inkubator, Visio Incubator, Indigo inkubator, Kolaborasi inkubator, Skyventures inkubator. Akselerator ada Jakarta Founder Institute, Antler, Plug and Play, SKALA, Digitaraya, Google Launchpad Accelerator, hingga Seedstars.

Untuk UKM sendiri dapat merubah gaya bisnisnya menjadi startup, dimulai dari mindset pendiri UKM tersebut. Selamat berjuang!
Mencari Masalah dan Menyelesaikan Masalah dengan Framework Lean Canvas

Mencari Masalah dan Menyelesaikan Masalah dengan Framework Lean Canvas



"Saya ingin memecahkan sebuah masalah, sebuah kalimat yang keluar dari pemuda masa kini dengan rasa idealisnya."

Masalah yang ada di Indonesia sangatlah banyak, misalnya saja di sektor industri kreatif, agrikultur, maritim, kesehatan, pendidikan, travel, fesyen, dan ritel. Banyak masalah yang terdapat sektor-sektor tersebut. Salah satu framework yang baik untuk memecahkan sebuah masalah dengan cara yang ramping dan cepat, kamu dapat mencoba menggunakan framework Lean Canvas.

Apa itu Lean Canvas? Lalu apa bedanya dengan Business Model Canvas? Lean canvas sendiri sebuah strategi yang dikembangkan Ash Maurya yang diadaptasi dari Business Model Canvas yang mana berfokus pada pendekatan bisnis dengan target utama pebisnis dan perusahaan. Sedangkan, Business Model Canvas dikembangkan Alexander Osterwalder yang berfokus pada manajemen strategi dan rencana pemasaran dengan target utama bisnis baru dan lama.

Lean Canvas sangat cocok untuk pengembangan sebuah startup. Lean canvas sendiri mampu membantu startup dalam menentukan MVP (Minimum Viable Product) atau Minimum Kelayakan Produk agar pelanggan mendapatkan kepuasan atas produk. Ketika startup memiliki masalah terhadap MVPnya maka harus mampu membentuk MVP yang baru. Hal ini yang mendasari dari metodologi Lean.

Kunci fundamental dari metodologi Lean adalah mengeliminasi hal-hal yang tidak berguna, ini juga termasuk waktu, proses, inventaris dan sebagainya. Poinnya adalah untuk menghindari sesuatu yang boros dan tetap ramping dalam eksekusinya. Lean Canvas sendiri terdiri dari 9 blok konsep.

Lean Canvas

Tahap menuliskan lean canvas
Jika kita lihat, Lean Canvas menyediakan solusi bisnis atas permasalahan pelanggan yang dibagi menjadi dua sisi, sisi kiri adalah produk dan sisi kanan adalah pasar/market. Jika kamu perhatikan pada sisi produk lebih ke arah analitis dan hal-hal logis sedangkan untuk sisi market lebih ke arah peluang yang mana kita tidak bisa mengontrol perilaku pelanggan.

Cara Menuliskan Lean Canvas

Tahap Pertama: Menentukan segmentasi pelanggan / customer segments yang kamu targetkan
Pada tahap ini, kamu akan menentukan siapa target market kamu. Bisa juga kamu menargetkan berdasarkan demografi, gaya hidup atau lingkungannya. Misalnya tempat dimana ia tinggal, jenis kelamin, jenis pekerjaan, umur, tingkat pendidikan, jumlah pemasukan setiap bulan, dan sebagainya. Jelaskan sejelas mungkin siapa target calon pelanggan kamu. Tentukan juga siapa yang akan menjadi fokus utama ketika produk diluncurkan.

Tahap Kedua: Carilah masalah yang valid dan cari tahu solusi yang telah ada
Coba tuliskan 1 sampai 3 masalah utama dari segmentasi pelanggan kamu yang sesuai dengan lini bisnis yang kamu ingin bangun dan tulis juga apa saja solusi yang sudah ada di pasaran. Pada tahap ini pula sangat disarankan untuk menemui langsung pelanggan kamu dan tanyakan masalah utama pada pelanggan kamu. Dan tanyakan juga bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah tersebut.

Tahap Ketiga: Menentukan Unique Value Proposition
Unique Value Proposition adalah sebuah nilai keunikan pada bisnis kamu dibandingkan kompetitor. Formula yang bagus untuk membuat UVP yang efektif (dengan cara Dane Maxwell) adalah:
Instant Clarity Headline = End Result Customer Wants + Specific Period of Time + Address the Objections
Contoh klasik yang sesuai dengan formula di atas adalah slogan pizza Domino.
Hot fresh pizza delivered to your door in 30 minutes or it’s free.
Coba pikirkan baik-baik apa yang akan menjadi UVP bisnis kamu.

Tahap Keempat: Menentukan Solusi yang diberikan
Setelah menentukan 3 masalah utama, saatnya menentukan sebuah solusi untuk masalah kamu, solusi yang kamu tawarkan dari 0 hingga 1 yang bisa ditawarkan pada calon pelanggan kamu.

Tahap Kelima: Menentukan kanal untuk menjangkau pelanggan
Kanal atau Channel merupakan sebuah media yang akan kamu gunakan untuk menyampaikan sebuah value bisnis kamu ke calon pelanggan. Penting untuk diketahui, calon pelanggan kamu lebih cocok dengan kanal media yang mana. Misalkan calon pelanggan kamu adalah seorang gen Z yang notabene tech-savvy maka gunakanlah sosial media yang lebih sering diakses oleh gen Z.

Tahap Keenam: Menentukan aliran arus pendapatan
Arus pendapatan atau revenue stream merupakan sumber pendapatan pada bisnis kamu. Tentukan model bisnis yang akan kamu gunakan. Silahkan baca artikel saya mengenai 6 jenis bisnis model yang wajib diketahui oleh entrepreneurs. Pilihlah salah satu yang menurut kamu paling potensial.

Tahap Ketujuh: Menentukan biaya-biaya yang kamu keluarkan
Menentukan biaya yang akan dikeluarkan tidak kalah penting. Dari sini kita akan mengetahui biaya yang akan dikeluarkan dan mengetahui keuntungan dari bisnis kita. Ada dua jenis garis besar biaya pertama biaya tetap yang kamu keluarkan setiap bulan. Kedua adalah biaya-biaya yang kamu keluarkan yang jumlahnya tergantung pada barang yang terjual.

Tahap Kedelapan: Menentukan Key Metric
Key Metric merupakan sebuah tolak ukur dari bisnis kamu. Dengan key metric akan sangat membantu untuk mengetahui progress bisnis kamu. Misalkan produk yang terjual setiap bulan, setiap kuartal ataupun setiap tahun.

Tahap Kesembilan: Menentukan Unfair Advantage
Unfair Advantage merupakan sesuatu hal yang membuat kompetitor sulit untuk mengikuti bisnis kamu. Gampangnya, unfair advantage adalah kelebihan produk yang membuat bisnis kamu lebih unggul dibandingkan kompetitor.

Sekian dari saya mengenai pembahasan lean canvas, apabila pertanyaan bisa dm saya melalui instagram atau linkedin. Bisa juga drop melalui komentar pada blog ini. [full-width]
Membuat Business Model Canvas Secara Tepat

Membuat Business Model Canvas Secara Tepat



Kali ini saya akan membagikan sudut pandang dan pengalaman saya mengenai bagaimana mendesain business model canvas secara tepat. Ada sebuah fakta menarik, berdasarkan penelitian SEA Group kepada 14.000 responden, bahwa sebanyak 24% pemuda Indonesia ingin memiliki bisnis sendiri, sisanya ingin 17% bekerja di pemerintahan; 16,5% ingin melanjutkan usaha keluarga; dan 3,2% ingin bekerja di rintisan startup.

Menjadi pengusaha bukanlah hal yang mudah, untuk itu kita perlu perencanaan yang baik sebelum eksekusi. Kalo kata Winston Churchil sih begini;

“Those who plan do better than those who do not plan, even should they rarely stick to their plan.”

Singkatnya, merencanakan lebih baik daripada tidak memiliki rencana, meskipun terkadang kita tidak mematuhi rencana tersebut. Bisnis yang baik dibuat dengan rencana yang baik, meskipun terkadang tidak ada paramater yang pasti mengenai kesuksesan. Salah satu tools yang sering digunakan dalam merencanakan rencana bisnis adalah Business Model CanvasBusiness Model Canvas ditemukan oleh Alexander Osterwalder, yang mana diciptakan untuk membantu organisasi bisnis untuk memetakan dan menganalisis model bisnis.

Sebelum merencanakan membuat Business Model Canvas, saya sarankan untuk mengetes produk/ide kreatif kamu ke market, apakah market mau menerima produk kamu, ujungnya produk yang kamu buat ingin disukai market bukan? Baik, katakanlah produk kamu disukai oleh market, dari 10 orang 7 orang mau membeli produk/bisnis kamu. Sekarang saatnya menentukan Business Model Canvas produk kamu. 

Business Model Canvas
sendiri merupakan sekumpulan 9 blok yang mempertimbangkan berbagai aspek dalam 1 canvas. Adapun 9 blok tersebut terdiri dari Customer Segments, Value Propositions, Channels, Customer Relationship, Revenue Streams, Key Activities, Key Resources, Key Partners dan Cost Structure. Mari lihat gambar Business Model Canvas berikut:
9 blok Business Model Canvas


Customer Segments
Blok yang pertama kali kamu lihat adalah blok Customer Segments, siapa sih calon konsumen kamu? Apa masalahnya? Bagaimana usia mereka? Bagaimana karakteristiknya? Apa yang mereka rasakan?

Value Propositions
Blok kedua yang kamu lihat adalah blok Value Propositions, solusi apa yang akan kamu tawarkan kepada calon konsumen kamu? Apa yang menarik dari solusi kamu? Kenapa konsumen harus membeli, memilih dari produk yang kamu buat? Pada blok ini saya sarankan untuk perbanyak Why,Why,Why,Why,Why.

Channels
Blok ketiga yang kamu lihat adalah blok Channels, bagaimana cara produk yang akan kamu jual akan sampai ke tangan konsumen, bagaimana value yang kamu buat akan sampai?

Customer Relationship
Blok keempat yang kamu lihat adalah blok Customer Relationship, bagaimana cara kamu menjaga hubungan kamu dengan konsumen? Metode loyalitas apa yang akan kamu pakai?

Revenue Stream
Blok kelima yang kamu lihat adalah blok Revenue Stream, ketika membuat sebuah bisnis? Bagaimana cara kamu menghasilkan pemasukan dari value yang kamu tawarkan?

Key Activities
Blok keenam yang kamu lihat adalah blok Key Activities, dari disini bagaimana cara kamu menemukan aktivitas kunci atau strategi untuk menciptakan Value Propositions yang kamu buat.

Key Resources
Blok ketujuh yang kamu lihat adalah blok Key Resources, apa saja sumber daya yang dibutuhkan untuk menciptakan value yang akan kamu buat? Apa saja yang diperlukan?

Key Partnership
Blok kedelapan yang kamu lihat adalah blok Key Partnership, dengan siapa saja kamu akan bermitra? Apakah mitra A dapat membantumu untuk mengakselerasi bisnis kamu? Atau sebaliknya? Definisikan calon mitra kamu, dan kenali. Pada blok ini menentukan bagaimana strategi bisnis kamu untuk tetap kompetitif.

Cost Structure
Blok terakhir yang kamu lihat adalah blok Cost Structure, kemana saja uang yang akan kamu habiskan? Tentukan baik-baik saat berkaitan dengan uang, faktor biaya apa saja yang akan kamu keluarkan.

Itulah keterangan mengenai Business Model Canvas, untuk lebih jelas, mari coba kita lihat Business Model Canvas dari BMW.



Business Model Canvas dari BMW

Bagaimana sudah ada gambaran mengenai Business Model Canvas? Saya berharap kamu dapat mendapatkan bagaimana cara membuat Business Model Canvas. Bila ada pertanyaan silahkan drop di kolom komentar. Semoga dengan belajar Business Model Canvas, kamu dapat menganalisa kembali bagaimana bisnis kamu yang berjalan selama ini.

[full-width]



Perbedaan Kanban dan Scrum yang Perlu Kamu Ketahui

Perbedaan Kanban dan Scrum yang Perlu Kamu Ketahui

Ilustrasi Scrum vs Kanban | Sumber: Google
[full-width]
Mendengar istilah Kanban dan Scrum bukanlah hal yang asing untuk sebuah perusahaan yang telah menerapkan metodologi agile. Kanban dan Scrum merupakan framework yang membantu tim dalam mengikuti agile manifesto dalam menyelesaikan masalah.

Sangatlah mudah untuk mengetahui perbedaan mendasar mengenai praktik scrum dan praktik kanban. Dalam praktiknya sangatlah berbeda, akan tetapi prinsipnya kebanyakan sama. Yang pasti, kedua framework ini akan membantu kamu dalam menciptakan produk/layanan yang lebih baik tanpa melibatkan pusing kepala berlebih.

Agile merupakan pendekatan secara struktur dan iteratif untuk manajemen proyek dan pengembangan produk. Proses agile dapat dikenali dengan kelincahannya dalam pengembangan produk, dan menyediakan tim yang mampu tanggap terhadap perubahan tanpa dampak yang berarti.

Kanban adalah hal-hal untuk memvisualisasikan suatu pekerjaan, membatasi sebuah progress pekerjaan, dan memaksimalkan efisiensi. Kanban berasal dari Jepang. Kanban jika diartikan berarti papan tanda atau sign board.

Scrum merupakan proses dimana sebuah tim untuk berkomitmen untuk menyelesaikan masalah dalam waktu tertentu atau biasa disebut dengan sprint. Tujuannya adalah untuk membuat pembelajaran yang berulang untuk mengumpulkan informasi yang didapat dari feedback customer. Scrum sendiri terdiri dari peran yang spesifik(product owner, scrum master, dan development team), scrum artifacts, daily standup meeting selama beberapa waktu.

Perbedaan Scrum dan Kanban


Kapan waktu yang tepat untuk memilih Scrum dan Kanban?

Jika bisnis kamu atau perusahaan kamu masih menggunakan metode tradisional dalam pembagian tugasnya, lebih baik menggunakan Kanban untuk menciptakan sebuah budaya yang transparansi dalam pekerjaan. Jika bisnis kamu atau perusahaan kamu dapat membayar product owner dan scrum master, maka scrum menjadi pilihan yang tepat. Selamat mencoba!


6 Tipe Revenue Model yang Wajib Diketahui oleh Para Entrepreneur/Founder

6 Tipe Revenue Model yang Wajib Diketahui oleh Para Entrepreneur/Founder

Ilustrasi para entrepreneur mencari model pendapatan | sumber foto: reserarch gate

Revenue model
atau model pendapatan merupakan sebuah proses bisnis untuk membuat pendapatan dan menyampaikan value bisnis kepada publik. Dengan demikian mengubahnya terlalu sering atau mengimplementasikan yang salah mengenai model pendapatan dapat menyebabkan kegagalan dari segi waktu dan biaya yang akhirnya berujung pivot/pergantian model bisnis.

Framework semacam business model canvas atau lean model canvas dapat membantu kamu untuk menemukan desain model yang tepat untuk bisnis kamu. Cara yang paling mudah adalah fokus pada market dan insight dari konsumen. Dengan melakukan analisa market akan memberikan model perbandingan yang tepat dan insight dari konsumen dapat menunjukan sebuah potensi inovasi yang dapat diimplementasikan dengan model yang berbeda.

Familiar dengan perbedaan model adalah sebuah kunci untuk mencari model yang tepat untuk konsumen kamu dan masalah apa yang ingin kamu selesaikan. Berikut 6 model pendapatan yang harus kamu ketahui.

On-demand

Bisnis on-demand merupakan layanan bisnis yang didasari oleh permintaan konsumen, model ini mendapatkan pendapatan dari setiap transaksi yang sukses. Seperti Gojek, Uber dan Grab merupakan bisnis yang menerapkan model ini. Industri transportasi, hospitality, makanan dan kesehatan telah mengalami perubahan yang radikal yang didasarkan dengan permintaan konsumen.

Model ini tidak mengubah cara orang-orang untuk menyelesaikan masalahnya, akan tetapi hanya membuat prosesnya menjadi lebih efisien. Jika kamu menemukan masalah yang kamu lihat dan sering terjadi tetapi tidak konsisten, on-demand menjadi pilihan yang tepat.

E-commerce

Nilai transaksi E-commerce di Indonesia telah mencapai US$21 Miliar dan diprediksi mencapai $82 Miliar di tahun 2025. Model E-commerce bertumbuh secara eksponensial dari tahun ke tahun di Indonesia. Terlebih kebiasaan pengguna telah beralih menggunakan internet.

Sekarang ini, model baru dropshipping juga berkembang sangat cepat, model ini memanfaatkan kekuatan platform e-commerce yang ada tanpa harus memiliki dan mengatur persediaan. Bisnis E-commerce mendapatkan pendapatan dari hasil menjual barangnya melalui penambahan margin yang mana untuk biaya modal barang, distribusi dan marketing.

Marketplace

Bisnis model yang diterapkan oleh Shope, Tokopedia dan Bukalapak mengadopsi model ini, yang mana menjadi fasilitator untuk menjembatani antara pemilik produk dan para pembeli.

Beberapa diferensiasi pada marketplace, mereka akan berfokus ke sektor yang massive belum terlayani dengan baik dan memastikan supply dengan kualitas yang tinggi.

Membership

Model membership/langganan merupakan bisnis yang menawarkan langsung kepada konsumen. Bisnis membership menawarkan keuntungan produk atau layanan dengan harga tetap, biasanya dengan biaya bulanan atau tahunan. Misalnya Spotify, mereka memanjakan konsumen dengan bebas iklan, simpan lagu dan lagu dapat diputar offline oleh konsumen.

Licenses

Bisnis yang menerapkan licenses atau lisensi seperti Microsoft, Adobe, dan Shutterstock. Model ini memiliki keunikan dengan berbagai cara untuk dapat dinikmati oleh konsumennya. Layanan Software as a Service(SaaS) merupakan hal yang berbeda dengan lisensi. Kedudukan produknya dari dua jenis model ini berbeda. Lisensi biasanya digunakan dan dioperasikan langsung oleh pengguna sedangkan produk SaaS diakses dan digunakan melalui web browser.

Perusahaan seperti Shutterstock memiliki 2 jenis model pendapatan, membership dan lisensi. Microsoft office dijual melalui skema lisensi meskipun memiliki value proposition yang dapat disebut sebagai SaaS. Terdapat pro dan kontra untuk kedua model, model yang tepat untuk bisnismu tergantung pada produk, kebutuhan konsumen, pasar dan kompetitor.

Freemium

Google Drive, Dropbox, Mailchimp, Skype merupakan beberapa contoh yang menerapkan model freemium. Freemium merupakan sebuah pricing strategi yang menyediakan fungsionalitas dari sebuah produk kepada pengguna secara gratis dengan membujuk pengguna untuk meningkatkan paket berbayar untuk menikmati fitur unggulan yang masih terkunci. Freemium merupakan strategi akuisisi pengguna yang efektif tanpa membebankan biaya di muka.

Coba perhatikan, bisnis tidak harus tetap memegang teguh pada satu model. Sebagai contoh Amazon adalah perusahaan yang menerapkan masing-masing dari ke-6 model meskipun dimulai sebagai situs e-commerce untuk buku. Saat bisnis kamu tumbuh, model-model baru akan berkembang. Pada tahap awal bisnis kamu, mulailah dengan model yang memberikan value yang tinggi tanpa membuang waktu yang tidak perlu. Untuk sementara produk dapat bersaing dan berjalan sesuai rencana, biarkan pelanggan kamu memberitahu kamu apa yang mereka butuhkan dan bagaimana.

Artikel ini telah dimodifikasi dan diterjemahkan dari artikel asli berbahasa inggris yang berjudul 6 Revenue Models Every Entrepreneur Should Know
[full-width]
Mengenal dan Mengukur Pertumbuhan Bisnis dengan AARRR!(Pirate Metric Startup)

Mengenal dan Mengukur Pertumbuhan Bisnis dengan AARRR!(Pirate Metric Startup)



Memiliki pertumbuhan bisnis yang optimal dan dapat diukur merupakan hal yang diinginkan oleh pemilik bisnis. Banyak metrik yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan bisnis. 

Pada tahun 2007, seorang Venture Capitalist, Angel Investor, dan founder dari 500 startup yang bernama Dave McClure mengenalkan sebuah framework untuk mengukur pertumbuhan bisnis dengan 5 langkah. Metrik ini disebut AARRR! atau metrik startup bajak laut. Terdengar menyeramkan bukan? 

AARRR merupakan sebuah singkatan dari Acquisition, Activation, Retention, Referral, dan Revenue. Metrik ini memegang prinsip yang efektif, simple, dan mudah untuk dieksekusi. Lalu bagaimana cara melakukannya?

Lima Tahap Customer Lifecycle

Acquisition
Bagaimana dan darimana kita mendapatkan customer?
Activation
Bagaimana pengalaman customer dalam menggunakan produk?
Retention
Apakah customer akan kembali menggunakan produk kita? Berapa banyak? 
Referral
Apakah customer rela menyarankan produk kita ke orang lain? Sehingga customer baru didapatkan?
Revenue
Bagaimana cara kita meningkatkan pemasukan?

Dari ke-5 customer lifecycle akan saya jelaskan perbagian, let’s begin!

1. Acquisition - Bagaimana dan darimana kita mendapatkan pengguna?

Pada fase ini bagaimana orang-orang menemukan produk kita dan berubah menjadi customer kita. Jika kita menganalogikan dengan percintaan, tahapan PDKT termasuk diperhitungkan dalam proses.

Saya berikan contoh customer journey untuk bisnis lembaga bimbingan belajar yang go-digital.
Mengunjungi situs > melakukan pendaftaran > berpartisipasi trial class atau kelas percobaan > menghubungi team sales > konversi menjadi customer.
Adapun semua langkah yang sebelum terjadi juga dihitung sebagai micro-conversion atau konversi kecil. Bagi sebuah bisnis yang memiliki tim sales yang aktif harus membedakan antara lead dan qualified lead.

Apa bedanya lead dan qualified lead? lead adalah pengunjung situs yang kamu didapatkan dari kontak hingga email. Meskipun kamu telah mendapatkan kontak dan emailnya, belum tentu mereka tertarik dengan produk kamu. Mungkin mereka hanya ingin tahu tentang produk kamu saja.

Sedangkan qualified lead adalah jika salah satu lead kamu melakukan micro-conversion, contohnya mereka mengikuti trial class yang kamu tawarkan, maka disebut qualified lead. Mereka terlibat aktif dengan produk dan layanan kamu. Mereka inilah yang harus kamu targetkan oleh tim sales.


Lead Journey | Sumber: Medium

2. Activation - Bagaimana pengalaman customer dalam menggunakan produk?

Activation merupakan pengalaman pertama customer menggunakan produk kamu. Semua akan percuma jika kamu berhasil membuat customer mendownload aplikasi kamu atau membeli produk kamu untuk pertama kalinya, tetapi mereka tidak puas dan langsung menghentikan menggunakannya. Artinya disini ada yang salah dengan produk kamu. Kamu dan tim kamu wajib menyelidiki permasalahan ini. Activation sendiri memiliki rupa yang berbeda untuk setiap jenis bisnis. Untuk bisnis e-commerce, activation bisa dibilang tidak sepenting conversion. 

Activation memiliki pengaruh yang lebih besar pada aplikasi dan bisnis SaaS (Software-as-a-service). Untuk aplikasi, kamu harus melihat activation setelah orang mendownload atau mendaftar untuk aplikasi kamu. Apakah mereka hanya menggunakannya sekali dan tidak menggunakannya lagi?

Sebagai contoh, Twitter menyadari bahwa begitu kamu mem-follow 30 orang, kamu kemungkinan besar akan kembali sehingga mereka menyarankan akun populer ketika kamu mendaftar. 

Untuk mendapatkan kepuasan dari pengguna tentunya tidak terlepas dari proses pengujian, pengujian, dan pengujian.

3. Retention - Apakah customer akan kembali menggunakan produk kita? Berapa banyak? Apa yang akan kita berikan?

Retention berarti customer kamu selalu melakukan repeat order secara terus menerus. Misalnya untuk ecommerce, customer tidak hanya melakukan aktivitas pembelian hanya sekali saja. 

Menurut Harvard Business Review, mendapatkan pelanggan baru memiliki harga 5-25x lebih mahal daripada mempertahankan yang sudah ada. Oleh karena itu, jauh lebih murah untuk menjual produk lagi ke pelanggan yang telah kita dapatkan.

Bagaimana cara meningkatkan retensi pelanggan? Cara yang paling efektif adalah email automasi. Email automasi sangat tepat untuk mempertahankan bahwa kamu masih berkomunikasi dengan pelanggan. Atau, jika kamu memiliki nomor Whatsapp pelanggan, kamu dapat melakukan follow up / penawaran produk kamu kepada pelanggan.

4. Referral - Apakah customer rela menyarankan produk kita ke orang lain? Sehingga customer baru didapatkan?

Referral secara singkatnya adalah bagaimana merubah customer kamu menjadi influencer produk kamu secara gratis. Bagaimana mereka akan mempromosikan produk kamu ke teman-teman mereka. Kekuatan dari word of mouth merupakan strategi yang sangat bagus untuk diterapkan. Jika saat ini kita mengambil contoh brand local yang hangat diperbincangkan. Ya, sepatu Compass, bagaimana Compass memanfaatkan influencer untuk membangun produknya secara fancy dengan menggunakan word of mouth dan viral marketing. 

5. Revenue - Bagaimana proses kita meningkatkan pemasukan?
Pemilik bisnis pasti menginginkan peningkatan pemasukan. Banyak pula jenis bisnis model yang perlu dicoba untuk meningkatkan pemasukan. Tentunya, jika startup wajib untuk mencari untuk mendapatkan revenue, berbeda dengan bisnis konvensional yang lebih menggunakan margin sebagai pemasukannya. Ada 6 jenis bisnis model pula yang perlu diketahui oleh para pemilik bisnis seperti bisnis model on-demand, freemium, marketplace, ecommerce, licenses, dan membership.

Ringkasnya, metrik AARRR merupakan cara yang efektif untuk mengukur pertumbuhan bisnis kamu. Akan tetapi kamu perlu melakukan riset lebih jauh untuk detail dari setiap langkahnya.

[full-width]