Belajar Manajemen Proyek Secara Singkat

Belajar Manajemen Proyek Secara Singkat

Belajar Manajemen Proyek Secara Singkat
Sumber: Google
[full-width]

Most of the organizations have a 70% of the project failure rate. (Source: 4PM) 

On average, one in six software development projects saw a budget overrun of 200 percent. (Source: Harvard Business Review)

Only 28% of the companies use project performance techniques. (Source: PMI, 2017) 

Only 2.5% of companies complete 100% of their projects in a successful manner. (Source: Gallup)

Ilmu manajemen proyek secara masif digunakan di berbagai macam sektor. Manajemen proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang menghasilkan sebuah output unik atau layanan.

“Expect the best, plan for the worst, and prepare to be surprised.” ~ Denis Waitley

Secara umum, manajemen proyek memiliki karakteristik titik awal dan titik akhir. Sebuah proyek dapat dicapai ketika telah mencapai titik objektifnya atau proyek akan dieliminasi ketika proyek tersebut dikatakan gagal atau tidak memenuhi ekspektasi. Selain itu, proyek memiliki tanggal awal, tanggal akhir, hasil yang diharapkan, dan sumber daya yang terbatas.


Terdapat 10 pengetahuan manajemen proyek yang perlu diperhatikan ketika memulai sebuah proyek seperti:


  1. Integrasi

Proses yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi, mendefinisikan, mengkombinasi, rekonsiliasi, dan koordinasi dari banyak aktivitas proses dan aktivitas manajemen proyek dengan cara proses grup diskusi.

  1. Sumber Daya Manusia

Proses yang dimana sebagai tempat mengelola dan mengorganisir sebuah tim proyek.

  1. Scope

Proses yang dimana batasan proyek dikerjakan dan tidak dikerjakan sehingga dapat mencapai kesuksesan proyek.

  1. Komunikasi

Proses komunikasi dibutuhkan untuk memastikan distribusi informasi dan persepsi antar stakeholder memiliki pemahaman yang sama terhadap proyek.

  1. Kualitas

Proses dan aktivitas yang dilakukan organisasi untuk memastikan bahwa kualitas kebijakan, objektivitas, dan tanggung jawab sehingga proyek yang dikerjakan akan memuaskan dan tidak terhambat.

  1. Waktu

Proses waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan sebuah proyek

  1. Resiko

Proses yang yang berfokus terhadap perencanaan manajemen resiko proyek, identifikasi, analisa, respon, dan monitoring kontrol terhadap proyek.

  1. Biaya

Proses yang dimana melibatkan perencanaan sebuah proyek, estimasi, penganggaran biaya, kontrol anggaran sehingga proyek dapat diselesaikan sesuai dengan anggaran yang telah disetujui.

  1. Procurement

Proses yang dibutuhkan atau akuisisi terhadap produk, layanan, dan hasil yang dibutuhkan terhadap tim proyek untuk melakukan pekerjaan.

  1. Stakeholder

Proses untuk mengidentifikasi orang, grup atau organisasi yang dapat berdampak atau pun terdampak oleh proyek yang dikerjakan. Pada tahap ini perlu dianalisa untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan terhadap stakeholder yang terlibat dengan mengembangkan strategi yang efektif. Adapun salah satu framework yang sering digunakan adalah framework DARCI(Decision-Maker, Accountable, Responsible, Consulted and Informed) yang akan saya jelaskan di artikel yang lain.


Proyek sendiri disusun dari sekumpulan proses. Proses-prosesnya secara umum terdiri dari dua kategori:

  1. Proses berbasis manajemen proyek, yang saya jelaskan dalam artikel ini.

  2. Proses berbasis produk. Proses ini lebih berkaitan dengan manajemen produk yang mana proses ini berperan dalam proses improvement sebuah produk.


Dalam manajemen proyek ada 3 hal yang diperhatikan untuk menjaga keseimbangan proyek yaitu On Time, On Budget, dan On Schedule. Sebagian besar manajer proyek menyingkatnya dengan otobos. Lalu bagaimana dengan proses dalam dalam manajemen proyek? 


Proses tahapan dalam mengembangkan proyek terdiri menjadi 5 fase. Adapun ke-5 fase tersebut diantaranya:

  1. Inisiasi

Pada tahap ini, seorang manajer proyek perlu membuat project charter yang mana isinya sebuah kombinasi dari business case dan feasibility sebuah proyek. Dokumen ini akan memperjelas objektif sebuah proyek. Project charter terdiri dari:

  1. Goal, visi, dan objektivitas dari proyek

  2. Batasan proyek atau project scope

  3. Hasil kerja atau deliverables, resiko proyek, skenario proyek, hingga jadwal implementasi

  4. Manajemen stakeholder, dapat menggunakan DRI atau RACI atau DARCI. Saya sendiri lebih menyukai menggunakan DARCI karena sangat detail untuk menjelaskan stakeholder yang terlibat didalamnya.

  5. Menyiapkan kick off meeting dengan stakeholder yang terlibat

  1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan seorang manajer proyek perlu menyiapkan jadwal implementasi secara detail, estimasi biaya yang telah disetujui bersama, dan menetapkan indikator kesuksesan dari sebuah proyek. Dan hasilnya adalah sebuah dokumen perencanaan proyek.

  1. Eksekusi

Tahap ini merupakan tahap yang mudah, jika pada tahap inisiasi dan perencanaan telah dibuat. Seorang manajer proyek hanya perlu aktif melakukan komunikasi dengan stakeholder yang terlibat.

  1. Monitoring dan kontrol 

Pada fase ini juga berjalan bersamaan dengan tahap eksekusi yang mana kita menjaga dan mengontrol aktivitas yang telah disetujui. Apakah dalam eksekusi terdapat perubahan/ change request juga perlu diperhatikan. Jika deliverables dalam bentuk  dokumen user acceptance test, maka manajer proyek perlu menyiapkan dokumen user acceptance test untuk dapat menutup sebuah proyek.

  1. Penutupan

Pada tahap ini seorang manajer proyek menutup aktivitasnya dengan menunjukan hasil kepada stakeholder yang terlibat.


Adapun tahapan-tahapan ini dibeberapa kasus dipadatkan seperti pada proses inisiasi dan perencanaan dan eksekusi dengan monitoring dan kontrol digabung dalam satu jangka waktu. Penerapan tahapan inipun bisa dapat berbeda pada ukuran setiap proyek, dari proyek kecil hingga besar. Dalam proyek yang ukurannya besar, biasanya dibagi menjadi beberapa fase untuk mempermudah dalam pengerjaan proyek.

Mengenal Startup Lebih Dekat

Mengenal Startup Lebih Dekat

[full-width]

Jika mendengar kata startup bagi orang Indonesia pasti akan mengacu kepada brand leader yang ada seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka. Padahal diluar sana lebih banyak startup yang gagal daripada yang sukses dengan potensi kegagalan mencapai 90%. Berdasarkan laporan dari CBInsights ada 20 alasan mengapa startup gagal. Keempat diantaranya yang paling teratas adalah tidak dibutuhkan oleh market(no market need), kehabisan uang(run out of cash), tim yang tidak tepat(not the right team), kalah bersaing(get outcompeted). 

Secara bahasa startup adalah sebuah perusahaan rintisan yang belum lama beroprasi dan masih berusaha untuk menemukan pasarnya melalui beberapa fase pengembangan. Sedangkan UKM menurut perundangan di Indonesia adalah jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sebagai perbandingannya sebagai berikut:

1. Sebuah sosial media agency adalah bisnis UKM, sedangkan sebuah software yang dapat merencanakan dan mengautomatiskan sosial media adalah startup.
2. Sebuah software agency adalah bisnis UKM sedangkan sebuah software yang memungkinkan penggunannya untuk membuat softwarenya sendiri adalah startup.

Kira-kira begitu, selain itu  hal yang membedakan startup dengan UKM adalah dari siklus keuangan perusahaannya, besaran market dan karakternya. Siklus keuangan dari startup sendiri terbagi menjadi beberapa fase. Berikut merupakan fase dari startup.

sumber: startup explore

Nah, darimana startup mendapatkan modal? Yang paling dekat untuk startup di tahap pre-seed hingga seed adalah angel investor dan 3F. Apa itu angel investor dan 3F? Angel Investor merupakan seorang investor yang yakin akan ide kamu dan eksekusi diri kamu, biasanya angel investor akan lebih menyukai sebuah startup yang telah memiliki prototype hingga MVP. Sedangkan 3F = friends, family, dan fools(orang gila). Saya lebih menyebut fools sebagai orang gila, karena mereka merupakan sekumpulan orang yang bertaruh akan ide kamu. Pada tahap Valley of Death terdiri dari startup pre-seed dan seed startup yang berusaha untuk bertahan dan mencari sebuah market. Jika startup tersebut dapat bertahan biasanya mereka akan ke tahap selanjutnya yaitu early stage, ditahap ini banyak venture capital(sebuah perusahaan yang menginvestasikan dana ke sebuah startup) yang berminat untuk menginvestasikan dananya, namun ada juga venture capital yang bermain ditahap seed. Pada tahap early stage biasanya terbagi menjadi beberapa series seperti series A,B,C, dan seterusnya(1,2,3 jika melihat pada gambar). Biasanya untuk startup yang ke later stage merupakan startup yang telah menemukan marketnya dan berpotensi sebagai market leader, jika startup tersebut merasa percaya diri dengan keuangannya maka startup tersebut bisa jadi berusaha melakukan IPO. Jika startup tersebut tidak menemukan marketnya ditahap tersebut, biasanya para pendiri telah memikirkan opsi untuk merger dan akuisisi agar startup tersebut bertahan. Berapa sih nominal setiap tahapannya?

Berdasarkan dari kelas Wharton Entrepreneurship, biasanya untuk tahap pre-seed dibawah $500K, tahap seed dibawah $1,5 juta, tahap A series dibawah $5 juta. Setiap startup yang berhasil mendapatkan investasi, perjalanan sebuah dana investasi tersebut dihitung berdasarkan runway/tenggang periode, misalnya 18 bulan. Dengan nominal investasi yang didapatkan berapa banyak market yang dapat didapatkan.

Pergerakan Startup secara Global

Startup sendiri berawal dari tahun 90-an hingga 2000-an yang mana saat itu terjadi gelombang dot com. Banyak perusahaan yang mulai menarik minatnya untuk membuat website sendiri. Landscape startup sendiri dimulai dari Amerika tepatnya Sillicon Valley dengan munculnya banyak perusahaan rintisan dari Facebook, Uber, hingga Airbnb, dan diikuti oleh landscape China yang telah melahirkan banyak startup besar seperti Alibaba, Didi Chuxing, hingga JD. Di Indonesia sendiri startup mulai ramai dibicarakan pada 2009 hingga 2012-san dimana Tokopedia, Bukalapak, Tiket, Traveloka, Blibli hingga Gojek bermula.

Di dunia startup juga tak lepas dari banyaknya kontroversi. Kontroversi yang terbesar dan terjadi di Sillicon Valley adalah Theranos. Theranos sendiri memiliki valuasi(nilai sebuah perusahaan) sekitar US$10 milliar namun terkbukti penipuan. Bagaimana idenya? Idenya adalah menciptakan penutup lengan atau sarung tangan yang dapat mengambil setetes sampel darah untuk memeriksa adanya penyakit menular. Jika terdeteksi positif, maka pasien akan langsung diberikan antibiotik. Ada juga WeWork yang merupakan co-working space yang terkena skandal dari para pendirinya. Hingga Uber yang tak dapat bertahan di ASEAN. Menarik bukan? Bagaimana pertumbuhan startup di ASEAN? Di ASEAN sendiri memiliki pertumbuhan startup yang sangat signifikan. Berdasarkan data CBInsights pada Januari 2019, terdapat 3.617 startup yang didirikan di wilayah Asia Tenggara. 

Kenapa Indonesia memerlukan lebih banyak startup? Yang paling mendasar adalah membuka lowongan kerja baru terutama untuk kalangan sarjana, namun beberapa para pendiri startup tidak terlalu mementingkan sebuah gelar, asalkan individu tersebut memiliki kemampuan atau skill set yang dibutuhkan oleh startup tersebut. Selain itu, jika startup tersebut berhasil melakukan merger/akuisisi atau IPO dapat melahirkan angel investor baru yang dapat mendukung iklim startup di Indonesia. Di Amerika ada sebutan Paypal mafia, yang mana para pendirinya terdahulu telah berhasil exit dan membangun startup kembali ataupun menjadi angel investor. Sosok yang paling terkenal dari Paypal mafia adalah Elon Musk. Di Indonesia sendiri ada sebutan Gojek Mafia yang mana sekarang sangat berpengaruh di landscape startup Indonesia.

Bagaimana memulai Startup?

Saya akan menjelaskan startup lebih dalam pada bagian ini, saya akan mengacu kepada seseorang yang berperan besar dalam lingkup global. Dia adalah Paul Graham, anak startup pasti tahu siapa dia. Dia merupakan legendaris Venture Capitalist dan founder dari Y Combinator. Menurut beliau, Startups = Sulit, tapi bisa dilakukan. Adapun 3 faktor dalam membangun startup yang perlu diperhatikan, diantaranya; 

1. Potensi Ide atau ideas
Sebuah idenya pun ketika dieksekusi setidaknya memenuhi 2 karakter berikut yang pertama adalah repeatable(dapat diulang secara proses dan dapat dilakukan), dan yang kedua adalah scalable(dapat terukur dan dibesarkan) yang mana akan mendorong untuk pertumbuhan yang cepat dan keuntungan.

2. Para Karyawan atau employees
Seperti perkataan Paul Graham bahwa “Good people can fix bad ideas, but good ideas can’t save bad people”. Yang berarti para karyawan sebuah startup akan berarti jika memiliki sikap seseorang yang gigih, tidak pernah puas, dan memiliki pandangan bahwa harus menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya, singkatnya adalah growth mindset.

3. Para Pendiri atau Founder
Menurut Paul Graham sebuah startup yang baik setidaknya memiliki 2 pendiri dan tidak lebih dari 4 pendiri yang mana jika lebih memiliki dari 4 pendiri akan lebih banyak memunculkan ketidaksepakatan dan keputusan akan sulit dibuat. Disisi lain, para founder harus memiliki keahlian pada bidangnya. Secara umum pendiri startup terdiri dari seorang Hipster(Orang yang dapat menggambarkan ide hingga dapat dieksekusi dalam bentuk prototyping/design), Hustler(Seorang marketer hingga sales), Hacker(Seseorang yang dapat mengeksekusi ide menjadi bagian kode). Startup sendiri tidak harus memiliki seorang hacker jika pada ide awalnya tidak membutuhkan seorang Hacker.

Jika kamu memang ingin membangun sebuah Startup, saya sangat menyarankan untuk menyelesaikan series dari Paul Graham di Youtube dengan nama channelnya adalah How to Start a Startup yang mana terdiri dari 20 series tentang memulai startup dari A hingga Z. Link channel: https://www.youtube.com/channel/UCxIJaCMEptJjxmmQgGFsnCg

Bagaimana mendapatkan investasi? Untuk mendapatkan investasi telah saya jelaskan pada paragraf sebelumnya. Coba juga melakukan cold email ke beberapa angel investor atau venture capital. Sebelum memikirkan investasi, saya sangat menyarankan untuk sebuah startup awal untuk mengikuti inkubator/akselerator, jika memang diperlukan. Inkubator/akselerator dapat memberikan mentorship hingga networking yang akan mendorong startup untuk tumbuh dan berkembang.

Di Indonesia sendiri terdapat banyak inkubator ataupun akselerator. Diantaranya untuk pre-inkubator ada Bekup, Gerakan 1000 startup. Inkubator ada IDX inkubator, Visio Incubator, Indigo inkubator, Kolaborasi inkubator, Skyventures inkubator. Akselerator ada Jakarta Founder Institute, Antler, Plug and Play, SKALA, Digitaraya, Google Launchpad Accelerator, hingga Seedstars.

Untuk UKM sendiri dapat merubah gaya bisnisnya menjadi startup, dimulai dari mindset pendiri UKM tersebut. Selamat berjuang!
Mencari Masalah dan Menyelesaikan Masalah dengan Framework Lean Canvas

Mencari Masalah dan Menyelesaikan Masalah dengan Framework Lean Canvas



"Saya ingin memecahkan sebuah masalah, sebuah kalimat yang keluar dari pemuda masa kini dengan rasa idealisnya."

Masalah yang ada di Indonesia sangatlah banyak, misalnya saja di sektor industri kreatif, agrikultur, maritim, kesehatan, pendidikan, travel, fesyen, dan ritel. Banyak masalah yang terdapat sektor-sektor tersebut. Salah satu framework yang baik untuk memecahkan sebuah masalah dengan cara yang ramping dan cepat, kamu dapat mencoba menggunakan framework Lean Canvas.

Apa itu Lean Canvas? Lalu apa bedanya dengan Business Model Canvas? Lean canvas sendiri sebuah strategi yang dikembangkan Ash Maurya yang diadaptasi dari Business Model Canvas yang mana berfokus pada pendekatan bisnis dengan target utama pebisnis dan perusahaan. Sedangkan, Business Model Canvas dikembangkan Alexander Osterwalder yang berfokus pada manajemen strategi dan rencana pemasaran dengan target utama bisnis baru dan lama.

Lean Canvas sangat cocok untuk pengembangan sebuah startup. Lean canvas sendiri mampu membantu startup dalam menentukan MVP (Minimum Viable Product) atau Minimum Kelayakan Produk agar pelanggan mendapatkan kepuasan atas produk. Ketika startup memiliki masalah terhadap MVPnya maka harus mampu membentuk MVP yang baru. Hal ini yang mendasari dari metodologi Lean.

Kunci fundamental dari metodologi Lean adalah mengeliminasi hal-hal yang tidak berguna, ini juga termasuk waktu, proses, inventaris dan sebagainya. Poinnya adalah untuk menghindari sesuatu yang boros dan tetap ramping dalam eksekusinya. Lean Canvas sendiri terdiri dari 9 blok konsep.

Lean Canvas

Tahap menuliskan lean canvas
Jika kita lihat, Lean Canvas menyediakan solusi bisnis atas permasalahan pelanggan yang dibagi menjadi dua sisi, sisi kiri adalah produk dan sisi kanan adalah pasar/market. Jika kamu perhatikan pada sisi produk lebih ke arah analitis dan hal-hal logis sedangkan untuk sisi market lebih ke arah peluang yang mana kita tidak bisa mengontrol perilaku pelanggan.

Cara Menuliskan Lean Canvas

Tahap Pertama: Menentukan segmentasi pelanggan / customer segments yang kamu targetkan
Pada tahap ini, kamu akan menentukan siapa target market kamu. Bisa juga kamu menargetkan berdasarkan demografi, gaya hidup atau lingkungannya. Misalnya tempat dimana ia tinggal, jenis kelamin, jenis pekerjaan, umur, tingkat pendidikan, jumlah pemasukan setiap bulan, dan sebagainya. Jelaskan sejelas mungkin siapa target calon pelanggan kamu. Tentukan juga siapa yang akan menjadi fokus utama ketika produk diluncurkan.

Tahap Kedua: Carilah masalah yang valid dan cari tahu solusi yang telah ada
Coba tuliskan 1 sampai 3 masalah utama dari segmentasi pelanggan kamu yang sesuai dengan lini bisnis yang kamu ingin bangun dan tulis juga apa saja solusi yang sudah ada di pasaran. Pada tahap ini pula sangat disarankan untuk menemui langsung pelanggan kamu dan tanyakan masalah utama pada pelanggan kamu. Dan tanyakan juga bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah tersebut.

Tahap Ketiga: Menentukan Unique Value Proposition
Unique Value Proposition adalah sebuah nilai keunikan pada bisnis kamu dibandingkan kompetitor. Formula yang bagus untuk membuat UVP yang efektif (dengan cara Dane Maxwell) adalah:
Instant Clarity Headline = End Result Customer Wants + Specific Period of Time + Address the Objections
Contoh klasik yang sesuai dengan formula di atas adalah slogan pizza Domino.
Hot fresh pizza delivered to your door in 30 minutes or it’s free.
Coba pikirkan baik-baik apa yang akan menjadi UVP bisnis kamu.

Tahap Keempat: Menentukan Solusi yang diberikan
Setelah menentukan 3 masalah utama, saatnya menentukan sebuah solusi untuk masalah kamu, solusi yang kamu tawarkan dari 0 hingga 1 yang bisa ditawarkan pada calon pelanggan kamu.

Tahap Kelima: Menentukan kanal untuk menjangkau pelanggan
Kanal atau Channel merupakan sebuah media yang akan kamu gunakan untuk menyampaikan sebuah value bisnis kamu ke calon pelanggan. Penting untuk diketahui, calon pelanggan kamu lebih cocok dengan kanal media yang mana. Misalkan calon pelanggan kamu adalah seorang gen Z yang notabene tech-savvy maka gunakanlah sosial media yang lebih sering diakses oleh gen Z.

Tahap Keenam: Menentukan aliran arus pendapatan
Arus pendapatan atau revenue stream merupakan sumber pendapatan pada bisnis kamu. Tentukan model bisnis yang akan kamu gunakan. Silahkan baca artikel saya mengenai 6 jenis bisnis model yang wajib diketahui oleh entrepreneurs. Pilihlah salah satu yang menurut kamu paling potensial.

Tahap Ketujuh: Menentukan biaya-biaya yang kamu keluarkan
Menentukan biaya yang akan dikeluarkan tidak kalah penting. Dari sini kita akan mengetahui biaya yang akan dikeluarkan dan mengetahui keuntungan dari bisnis kita. Ada dua jenis garis besar biaya pertama biaya tetap yang kamu keluarkan setiap bulan. Kedua adalah biaya-biaya yang kamu keluarkan yang jumlahnya tergantung pada barang yang terjual.

Tahap Kedelapan: Menentukan Key Metric
Key Metric merupakan sebuah tolak ukur dari bisnis kamu. Dengan key metric akan sangat membantu untuk mengetahui progress bisnis kamu. Misalkan produk yang terjual setiap bulan, setiap kuartal ataupun setiap tahun.

Tahap Kesembilan: Menentukan Unfair Advantage
Unfair Advantage merupakan sesuatu hal yang membuat kompetitor sulit untuk mengikuti bisnis kamu. Gampangnya, unfair advantage adalah kelebihan produk yang membuat bisnis kamu lebih unggul dibandingkan kompetitor.

Sekian dari saya mengenai pembahasan lean canvas, apabila pertanyaan bisa dm saya melalui instagram atau linkedin. Bisa juga drop melalui komentar pada blog ini. [full-width]
Membuat Business Model Canvas Secara Tepat

Membuat Business Model Canvas Secara Tepat



Kali ini saya akan membagikan sudut pandang dan pengalaman saya mengenai bagaimana mendesain business model canvas secara tepat. Ada sebuah fakta menarik, berdasarkan penelitian SEA Group kepada 14.000 responden, bahwa sebanyak 24% pemuda Indonesia ingin memiliki bisnis sendiri, sisanya ingin 17% bekerja di pemerintahan; 16,5% ingin melanjutkan usaha keluarga; dan 3,2% ingin bekerja di rintisan startup.

Menjadi pengusaha bukanlah hal yang mudah, untuk itu kita perlu perencanaan yang baik sebelum eksekusi. Kalo kata Winston Churchil sih begini;

“Those who plan do better than those who do not plan, even should they rarely stick to their plan.”

Singkatnya, merencanakan lebih baik daripada tidak memiliki rencana, meskipun terkadang kita tidak mematuhi rencana tersebut. Bisnis yang baik dibuat dengan rencana yang baik, meskipun terkadang tidak ada paramater yang pasti mengenai kesuksesan. Salah satu tools yang sering digunakan dalam merencanakan rencana bisnis adalah Business Model CanvasBusiness Model Canvas ditemukan oleh Alexander Osterwalder, yang mana diciptakan untuk membantu organisasi bisnis untuk memetakan dan menganalisis model bisnis.

Sebelum merencanakan membuat Business Model Canvas, saya sarankan untuk mengetes produk/ide kreatif kamu ke market, apakah market mau menerima produk kamu, ujungnya produk yang kamu buat ingin disukai market bukan? Baik, katakanlah produk kamu disukai oleh market, dari 10 orang 7 orang mau membeli produk/bisnis kamu. Sekarang saatnya menentukan Business Model Canvas produk kamu. 

Business Model Canvas
sendiri merupakan sekumpulan 9 blok yang mempertimbangkan berbagai aspek dalam 1 canvas. Adapun 9 blok tersebut terdiri dari Customer Segments, Value Propositions, Channels, Customer Relationship, Revenue Streams, Key Activities, Key Resources, Key Partners dan Cost Structure. Mari lihat gambar Business Model Canvas berikut:
9 blok Business Model Canvas


Customer Segments
Blok yang pertama kali kamu lihat adalah blok Customer Segments, siapa sih calon konsumen kamu? Apa masalahnya? Bagaimana usia mereka? Bagaimana karakteristiknya? Apa yang mereka rasakan?

Value Propositions
Blok kedua yang kamu lihat adalah blok Value Propositions, solusi apa yang akan kamu tawarkan kepada calon konsumen kamu? Apa yang menarik dari solusi kamu? Kenapa konsumen harus membeli, memilih dari produk yang kamu buat? Pada blok ini saya sarankan untuk perbanyak Why,Why,Why,Why,Why.

Channels
Blok ketiga yang kamu lihat adalah blok Channels, bagaimana cara produk yang akan kamu jual akan sampai ke tangan konsumen, bagaimana value yang kamu buat akan sampai?

Customer Relationship
Blok keempat yang kamu lihat adalah blok Customer Relationship, bagaimana cara kamu menjaga hubungan kamu dengan konsumen? Metode loyalitas apa yang akan kamu pakai?

Revenue Stream
Blok kelima yang kamu lihat adalah blok Revenue Stream, ketika membuat sebuah bisnis? Bagaimana cara kamu menghasilkan pemasukan dari value yang kamu tawarkan?

Key Activities
Blok keenam yang kamu lihat adalah blok Key Activities, dari disini bagaimana cara kamu menemukan aktivitas kunci atau strategi untuk menciptakan Value Propositions yang kamu buat.

Key Resources
Blok ketujuh yang kamu lihat adalah blok Key Resources, apa saja sumber daya yang dibutuhkan untuk menciptakan value yang akan kamu buat? Apa saja yang diperlukan?

Key Partnership
Blok kedelapan yang kamu lihat adalah blok Key Partnership, dengan siapa saja kamu akan bermitra? Apakah mitra A dapat membantumu untuk mengakselerasi bisnis kamu? Atau sebaliknya? Definisikan calon mitra kamu, dan kenali. Pada blok ini menentukan bagaimana strategi bisnis kamu untuk tetap kompetitif.

Cost Structure
Blok terakhir yang kamu lihat adalah blok Cost Structure, kemana saja uang yang akan kamu habiskan? Tentukan baik-baik saat berkaitan dengan uang, faktor biaya apa saja yang akan kamu keluarkan.

Itulah keterangan mengenai Business Model Canvas, untuk lebih jelas, mari coba kita lihat Business Model Canvas dari BMW.



Business Model Canvas dari BMW

Bagaimana sudah ada gambaran mengenai Business Model Canvas? Saya berharap kamu dapat mendapatkan bagaimana cara membuat Business Model Canvas. Bila ada pertanyaan silahkan drop di kolom komentar. Semoga dengan belajar Business Model Canvas, kamu dapat menganalisa kembali bagaimana bisnis kamu yang berjalan selama ini.

[full-width]



Menggunakan Kanban Board untuk Meningkatkan Produktivitas Bisnis atau Produktivitas Pribadi

Menggunakan Kanban Board untuk Meningkatkan Produktivitas Bisnis atau Produktivitas Pribadi


Mengatur sebuah bisnis rumahan, bisnis kecil atau task pribadi menjadikan sebuah tantangan tersendiri. Ada bagian yang memerlukan perhatian lebih untuk mengenalkan dan memasarkan produk ke market ataupun mengatur task pribadi. Tantangan ini akan menjadi lebih ketika menjalankannya sebagai solopreneur atau sebagai profesional dengan workload yang banyak untuk memastikan semua task berjalan dengan baik dengan waktu yang tepat dan benar.

Diluar sana banyak sistem untuk meningkatkan produktivitas, akan tetapi Kanban board telah didesain secara spesifik untuk membantu alur task berjalan semestinya dengan waktu yang tepat.

Histori Kanban
Kanban sendiri diciptakan untuk mengurangi idle-time dalam proses produksi. Tujuan utama dari penerapan sistem Kanban adalah mengirimkan apa yang dibutuhkan dalam proses produksi dalam waktu yang tepat. Sistem Kanban sendiri digagas oleh Taiichi Ohno yang dianggap sebagai bapak Sistem Produksi Toyota. Taiichi Ohno mengembangkan papan visual yang dikenal sebagai Kanban yang mentransfer informasi antara setiap proses sehingga tugas dapat dipenuhi dengan lebih efisien. Saat ini, sistem ini telah diadopsi di berbagai divisi perusahaan termasuk juga ke produktivitas pribadi.

Apa Itu Kanban?
Kanban merupakan sebuah cara untuk menyederhanakan task dengan memvisualisasikan informasi proyek yang kompleks seperti task yang sedang berjalan, pemanfaatan sumber daya, dan masih banyak lagi.

Secara umum, Kanban memiliki alur dari kiri ke kanan atau secara horizontal dan berpindah ke kanan berdasarkan stage yang dibuat.

Banyak metode untuk staging Kanban, secara umum memiliki flow berikut:

To Do > Progress > Done

Hal tersebut tergantung kepada kebutuhan, saya sendiri menggunakan flow seperti ini.
Board pribadi
Kenapa ada ada backlog dan issues? Saya sendiri membuat backlog sebagai tempat untuk menuliskan apa yang akan saya rencanakan kedepannya. Kemudian baru saya pecah lagi untuk dikerjakan perminggu kebagian to do, jika ada issues maka saya akan melakukan evaluasi per minggu, apakah task tersebut terlalu tinggi atau terlalu susah. Jika memang harus diprioritaskan kembali maka saya akan memasukan ke flow to do kembali dan melabeli dengan high priority untuk segera dikerjakan.

Ada sebuah aturan dalam Kanban ketika kamu lakukan modifikasi atau custom
  1. Visualisasikan Pekerjaan: Papan/Board dirancang untuk menjadi visual dan karenanya mudah dijadikan referensi. Memiliki papan Kanban di tempat yang berbeda dari tempat bekerja, tidak akan membantu.
  2. Batasi Pekerjaan yang Sedang Berjalan: Kamu tidak ingin memiliki banyak tugas sehingga tidak ada kemajuan yang dicapai.

Apa sih manfaat dari Kanban?
Papan Kanban/ Kanban board adalah representasi visual dari apa yang perlu kamu lakukan. Ideal jika kamu adalah orang yang membutuhkan isyarat visual untuk menyelesaikan sesuatu. Namun, jika kamu tidak membutuhkan isyarat visual, papan Kanban menawarkan cara sekilas melihat status proyek, dari apa yang dilakukan, apa yang sedang dikerjakan, dan apa yang perlu mendapatkan perhatian.

Manfaat lain termasuk:
  1. Manajemen task yang mudah
  2. Stay on top priority
  3. Fleksibel dan dapat disesuaikan dengan cara Anda bekerja
  4. Mengetahui apa yang telah atau sedang dilakukan kolaborator kamu/ teman kerja, jika kamu bekerja dengan orang lain dalam suatu proyek.

Bagaimana Cara Membuat Kanban Board?
Ada dua cara untuk membuat Kanban board atau papan Kanban dengan cara tradisional atau digital. Jika membuat dengan cara tradisional maka dapat menggunakan papan tulis sebagai medianya dan dibagi menjadi beberapa stage sesuai kebutuhan. Contohnya:
Teaditional Kanban
Contoh Implementasi Kanban

Sedangkan untuk membuat Kanban board secara digital, kamu dapat menggunakan tools yang tersedia di internet seperti Jira, Asana, Trello, dan masih banyak lagi. Untuk yang gratis kamu dapat menggunakan Trello sebagai mediumnya.

Bagaimana? Tertarik untuk menggunakan? Feel free to ask yaaa

[full-width]
Perbedaan Kanban dan Scrum yang Perlu Kamu Ketahui

Perbedaan Kanban dan Scrum yang Perlu Kamu Ketahui

Ilustrasi Scrum vs Kanban | Sumber: Google
[full-width]
Mendengar istilah Kanban dan Scrum bukanlah hal yang asing untuk sebuah perusahaan yang telah menerapkan metodologi agile. Kanban dan Scrum merupakan framework yang membantu tim dalam mengikuti agile manifesto dalam menyelesaikan masalah.

Sangatlah mudah untuk mengetahui perbedaan mendasar mengenai praktik scrum dan praktik kanban. Dalam praktiknya sangatlah berbeda, akan tetapi prinsipnya kebanyakan sama. Yang pasti, kedua framework ini akan membantu kamu dalam menciptakan produk/layanan yang lebih baik tanpa melibatkan pusing kepala berlebih.

Agile merupakan pendekatan secara struktur dan iteratif untuk manajemen proyek dan pengembangan produk. Proses agile dapat dikenali dengan kelincahannya dalam pengembangan produk, dan menyediakan tim yang mampu tanggap terhadap perubahan tanpa dampak yang berarti.

Kanban adalah hal-hal untuk memvisualisasikan suatu pekerjaan, membatasi sebuah progress pekerjaan, dan memaksimalkan efisiensi. Kanban berasal dari Jepang. Kanban jika diartikan berarti papan tanda atau sign board.

Scrum merupakan proses dimana sebuah tim untuk berkomitmen untuk menyelesaikan masalah dalam waktu tertentu atau biasa disebut dengan sprint. Tujuannya adalah untuk membuat pembelajaran yang berulang untuk mengumpulkan informasi yang didapat dari feedback customer. Scrum sendiri terdiri dari peran yang spesifik(product owner, scrum master, dan development team), scrum artifacts, daily standup meeting selama beberapa waktu.

Perbedaan Scrum dan Kanban


Kapan waktu yang tepat untuk memilih Scrum dan Kanban?

Jika bisnis kamu atau perusahaan kamu masih menggunakan metode tradisional dalam pembagian tugasnya, lebih baik menggunakan Kanban untuk menciptakan sebuah budaya yang transparansi dalam pekerjaan. Jika bisnis kamu atau perusahaan kamu dapat membayar product owner dan scrum master, maka scrum menjadi pilihan yang tepat. Selamat mencoba!


6 Tipe Revenue Model yang Wajib Diketahui oleh Para Entrepreneur/Founder

6 Tipe Revenue Model yang Wajib Diketahui oleh Para Entrepreneur/Founder

Ilustrasi para entrepreneur mencari model pendapatan | sumber foto: reserarch gate

Revenue model
atau model pendapatan merupakan sebuah proses bisnis untuk membuat pendapatan dan menyampaikan value bisnis kepada publik. Dengan demikian mengubahnya terlalu sering atau mengimplementasikan yang salah mengenai model pendapatan dapat menyebabkan kegagalan dari segi waktu dan biaya yang akhirnya berujung pivot/pergantian model bisnis.

Framework semacam business model canvas atau lean model canvas dapat membantu kamu untuk menemukan desain model yang tepat untuk bisnis kamu. Cara yang paling mudah adalah fokus pada market dan insight dari konsumen. Dengan melakukan analisa market akan memberikan model perbandingan yang tepat dan insight dari konsumen dapat menunjukan sebuah potensi inovasi yang dapat diimplementasikan dengan model yang berbeda.

Familiar dengan perbedaan model adalah sebuah kunci untuk mencari model yang tepat untuk konsumen kamu dan masalah apa yang ingin kamu selesaikan. Berikut 6 model pendapatan yang harus kamu ketahui.

On-demand

Bisnis on-demand merupakan layanan bisnis yang didasari oleh permintaan konsumen, model ini mendapatkan pendapatan dari setiap transaksi yang sukses. Seperti Gojek, Uber dan Grab merupakan bisnis yang menerapkan model ini. Industri transportasi, hospitality, makanan dan kesehatan telah mengalami perubahan yang radikal yang didasarkan dengan permintaan konsumen.

Model ini tidak mengubah cara orang-orang untuk menyelesaikan masalahnya, akan tetapi hanya membuat prosesnya menjadi lebih efisien. Jika kamu menemukan masalah yang kamu lihat dan sering terjadi tetapi tidak konsisten, on-demand menjadi pilihan yang tepat.

E-commerce

Nilai transaksi E-commerce di Indonesia telah mencapai US$21 Miliar dan diprediksi mencapai $82 Miliar di tahun 2025. Model E-commerce bertumbuh secara eksponensial dari tahun ke tahun di Indonesia. Terlebih kebiasaan pengguna telah beralih menggunakan internet.

Sekarang ini, model baru dropshipping juga berkembang sangat cepat, model ini memanfaatkan kekuatan platform e-commerce yang ada tanpa harus memiliki dan mengatur persediaan. Bisnis E-commerce mendapatkan pendapatan dari hasil menjual barangnya melalui penambahan margin yang mana untuk biaya modal barang, distribusi dan marketing.

Marketplace

Bisnis model yang diterapkan oleh Shope, Tokopedia dan Bukalapak mengadopsi model ini, yang mana menjadi fasilitator untuk menjembatani antara pemilik produk dan para pembeli.

Beberapa diferensiasi pada marketplace, mereka akan berfokus ke sektor yang massive belum terlayani dengan baik dan memastikan supply dengan kualitas yang tinggi.

Membership

Model membership/langganan merupakan bisnis yang menawarkan langsung kepada konsumen. Bisnis membership menawarkan keuntungan produk atau layanan dengan harga tetap, biasanya dengan biaya bulanan atau tahunan. Misalnya Spotify, mereka memanjakan konsumen dengan bebas iklan, simpan lagu dan lagu dapat diputar offline oleh konsumen.

Licenses

Bisnis yang menerapkan licenses atau lisensi seperti Microsoft, Adobe, dan Shutterstock. Model ini memiliki keunikan dengan berbagai cara untuk dapat dinikmati oleh konsumennya. Layanan Software as a Service(SaaS) merupakan hal yang berbeda dengan lisensi. Kedudukan produknya dari dua jenis model ini berbeda. Lisensi biasanya digunakan dan dioperasikan langsung oleh pengguna sedangkan produk SaaS diakses dan digunakan melalui web browser.

Perusahaan seperti Shutterstock memiliki 2 jenis model pendapatan, membership dan lisensi. Microsoft office dijual melalui skema lisensi meskipun memiliki value proposition yang dapat disebut sebagai SaaS. Terdapat pro dan kontra untuk kedua model, model yang tepat untuk bisnismu tergantung pada produk, kebutuhan konsumen, pasar dan kompetitor.

Freemium

Google Drive, Dropbox, Mailchimp, Skype merupakan beberapa contoh yang menerapkan model freemium. Freemium merupakan sebuah pricing strategi yang menyediakan fungsionalitas dari sebuah produk kepada pengguna secara gratis dengan membujuk pengguna untuk meningkatkan paket berbayar untuk menikmati fitur unggulan yang masih terkunci. Freemium merupakan strategi akuisisi pengguna yang efektif tanpa membebankan biaya di muka.

Coba perhatikan, bisnis tidak harus tetap memegang teguh pada satu model. Sebagai contoh Amazon adalah perusahaan yang menerapkan masing-masing dari ke-6 model meskipun dimulai sebagai situs e-commerce untuk buku. Saat bisnis kamu tumbuh, model-model baru akan berkembang. Pada tahap awal bisnis kamu, mulailah dengan model yang memberikan value yang tinggi tanpa membuang waktu yang tidak perlu. Untuk sementara produk dapat bersaing dan berjalan sesuai rencana, biarkan pelanggan kamu memberitahu kamu apa yang mereka butuhkan dan bagaimana.

Artikel ini telah dimodifikasi dan diterjemahkan dari artikel asli berbahasa inggris yang berjudul 6 Revenue Models Every Entrepreneur Should Know
[full-width]