Memecahkan Masalah Bisnis dengan Menggunakan Design Sprint

Memecahkan Masalah Bisnis dengan Menggunakan Design Sprint

Ilustrasi Design Sprint | sumber: google
Apakah kamu pernah mendengar mengenai Design Sprint? Design Sprint merupakan sebuah metodologi yang dikembangkan dari Design Thinking. Jika ingin mengetahui perbedaanya dapat membaca artikel saya yang mengenai Bagaimana Cara Membedakan Design Thinking dan Design Sprint, Mana yang Tepat untuk Dipilih?

Design Sprint ditemukan oleh Jake Knapp dari Google Ventures. Design Sprint merupakan versi praktis dari Design Thinking. Design Sprint adalah sebuah framework untuk menyelesaikan sebuah masalah melalui desain, pembuatan prototipe, dan pengujian ide dalam waktu 5 hari. Proses Design Sprint dilakukan oleh beberapa orang. Idealnya orang-orang yang terlibat dalam Design Sprint terdiri dari fasilitator Design Sprint, Decision Maker, Designer Person, Technical Person, dan Marketing Person.

Ada hal yang perlu diperhatikan dalam menyelesaikan masalah bisnis:
Tidak setiap solusi punya problem, dan tidak setiap problem punya customer
Tapi…
Setiap customer pasti punya problem, dan setiap problem pasti punya solusi
Sebelum memasuki ke tahapan Design Sprint, siapkan beberapa hal ini;
  1. Gunakanlah Data sebagai landasan untuk melangkah. Carilah data mengenai siapa calon customer kita hingga kompetitor sebanyak-banyaknya.
  2. Ilustrasi Customer dan User
  3. Bedakan antara customer dan user. Customer merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan masalah dan mau membayar untuk menyelesaikan masalahnya.
  4. Peganglah prinsip-prinsip design sprint seperti open mind, minimaze group brainstorming, menghargai waktu hingga proses, dan design thinking thinker(empati, kreativitas, dan rasionalitas).
  5. Siapkan peralatan Design Sprint seperti sticky notes, spidol, whiteboards, dot sticker, time timers, jajanan untuk menjernihkan pikiran.

Jika kamu telah menyiapkan semuanya, siapkan masalah dalam kalimat tantangan. Contoh: Merancang produk bubur bayi sehat untuk balita, dengan target diluncurkan pada kuartal 4 2020. Fokuslah terhadap user.

Ilustrasi Kegiatan Design Sprint

Design Sprint dilakukan selama lima hari dimulai dari hari senin hingga hari jumat. Setiap hari berisi beberapa tahapan proses diantaranya: Understand, Diverge, Decide, Prototype, and Validate. Beberapa aktivitas yang dilakukan antara lain:

Hari Senin - Understanding:
Sesi ini merupakan sesi dimana pelaku design sprint menyamakan gagasan. Jika kita mengambil contoh: merancang produk bubur bayi sehat untuk balita, dengan target diluncurkan pada kuartal 4 2020. Dengan menetapkan target maka rencana dan persiapan design sprint akan lebih terarah. Apakah target yang dicapai terlalu mudah atau terlalu sulit dapat dipertimbangkan pada sesi ini.

Hari Selasa - Diverge
Membuat banyak sketsa sebanyak-banyaknya merupakan tahapan yang ada di tahap ini. Agar lebih terarah dalam pembuatannya, saya menyarankan untuk menggunakan metode Crazy 8 pada tahap ini. Tentukan pula user persona(representasi calon pengguna) pada tahap ini agar dapat di test pada hari Jumat.
Ilustrasi Crazy 8

Hari Rabu - Decide
Setelah membuat banyak sketsa, maka pada sesi ini adalah penentuan sketsa mana yang akan digunakan, setiap sketsa dipertanggungjawabkan oleh pembuatnya untuk dipresentasikan. Kemudian ide terbaik akan dipilih berdasarkan voting terbanyak.

Hari Kamis - Prototype
Pembuatan prototype MVP(Minimum Viable Product) akan dilaksanakan pada hari ini. Dan siapkan pula pertanyaan untuk persiapan user interview pada hari Jumat.

Hari Jumat - Validate
Di hari terakhir kita akan menguji prototype kita kepada user. Dari proses ini kita akan mengumpulkan feedback dan reaksi dari mereka. Hal ini akan berguna untuk perbaikan selanjutnya.

Simak video berikut untuk memahami design sprint cepat: 

Bagaimana? Tertarik untuk menggunakan Design Sprint untuk bisnis kamu?

Referensi:
Google Ventures, “Design Sprint”, https://www.gv.com/sprint/

[full-width]

Bagaimana Cara Membedakan Design Thinking dan Design Sprint, Mana yang Tepat untuk Dipilih?

Bagaimana Cara Membedakan Design Thinking dan Design Sprint, Mana yang Tepat untuk Dipilih?

[full-width]
Semenjak industri startup di Indonesia menggeliat banyak para founder mencari cara untuk membangun produknya agar disukai oleh marketnya. Ada banyak cara agar produknya disukai oleh target marketnya. Dua cara diantaranya adalah menggunakan Design Thinking dan Design Sprint. 

Design Thinking adalah sebuah proses inovatif problem-solving yang berfokus pada pengguna atau user. Design Thinking sendiri dipopulerkan oleh David Kelley dan Tim Brown pendiri IDEO – sebuah konsultan desain yang berlatar belakang desain produk berbasis inovasi. Sedangkan Design Sprint adalah sebuah framework untuk tim dengan berbagai jenis ukuran untuk menyelesaikan sebuah masalah dan pengujian ide selama 2-5 hari.

Design Sprint merupakan proses metodologis berdasarkan Design Thinking. Tahu nggak sih perbedaannya seperti apa? Saya akan menggunakan analogi untuk menjelaskan perbedaan Design Thinking dan Design Sprint. Analogi yang saya gunakan adalah analogi dalam pembuatan makanan yang inovatif. Katakanlah 'Burger' merupakan produk inovatif yang akan kita selesaikan.

sumber: google

Jika inovasi merupakan alasan untuk menggunakan pola pikir seperti Design Thinking maka saya akan mendefinisikan lebih lanjut menggunakan analogi makanan agar lebih mudah dipahami. Jadi, Design Thinking merupakan sebuah kelas masak. Disitu kamu akan belajar mengenai filosofi belajar memasak, bagaimana cara kerjanya, apa sih bahan-bahan yang dibutuhkan, bagaimana menyiapkan item yang diperlukan. Jadi sekarang kamu punya 2 kunci utama yaitu inovatif produk (Burger) dan kelas masak.

Disinilah Design Sprint bekerja. Design sprint dalam analogi makanan merupakan sebuah resep. Di dalam resep kamu tahu betul apa yang dibutuhkan, apa saja bahannya, dan kapan waktu untuk melakukannya.

sumber: cookpad 

Mengikuti kelas masak merupakan hal yang keren, tapi tanpa resep. Kamu akan menghabiskan waktu hanya untuk mencari bagaimana membuat burger dengan cita rasa yang unik. Jadi, Design Thinking adalah dasar, filosofi, alat untuk inovasi. Dan layak dilakukan. Tetapi Design Sprint adalah salah satu cara hebat untuk mengeksekusi semuanya secara sistematis. Design Sprint dapat dilakukan di berbagai organisasi atau komunitas. Masih bingung? Coba perhatikan gambar berikut ini.

sumber: Medium
Zen Habits - Meraih Kesederhanaan, Kebahagiaan, dan Produktivitas dalam Hidup

Zen Habits - Meraih Kesederhanaan, Kebahagiaan, dan Produktivitas dalam Hidup


Leo Babauta seakan mengerti apa saja hal yang sebenarnya dibutuhkan oleh manusia. Buku ini merupakan bagian dari “Greatest Self-Improvement Books Series” dari Leo Babauta. Dalam buku ini Leo Babauta mengajarkan bagaimana hidup dalam kesederhanaan, tapi bukan berarti kikir ya!

Masing-masing orang tentunya memiliki jalan hidupnya, dan tidak akan mungkin setiap orang memiliki kisah yang sama. Dalam buku ini mengilas balik apa saja yang telah kamu lakukan selama hidup ini. Coba bayangkan, pernah nggak sih kamu merasa hanyut dalam kehidupan dan nggak tahu arah yang akan kamu tuju? Tiba-tiba kamu sudah tumbuh menjadi orang dewasa, dengan beban yang bertambah pula. 

Cobalah menjawab beberapa pertanyaan ini yang saya petik dari buku ini.
  1. Apakah kamu menekuni pekerjaan yang kamu sukai dan bukan pekerjaan yang kamu inginkan 
  2. Apakah kamu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada kamu ketimbang mengerjakan tugas-tugas yang kamu sukai ?
  3. Apakah kamu menghabiskan waktu kamu dengan sibuk bekerja ketimbang melakukan hal-hal yang ingin anda lakukan dalam sehari-hari ?
  4. Apakah kamu berharap dapat menghabiskan waktu lebih banyak bersama orang-orang terkasih ?
  5. Apakah kamu mendapati diri anda hidup dari gaji ke gaji atau utang, tanpa tahu kemana perginya uang kamu ?
Jika kamu sebagian besar menjawab pertanyaan ini dengan jawaban “Ya”, maka kamu terlanjur hanyut dalam kehidupan. Saya sarankan untuk membaca buku ini. Buat kamu yang ingin membeli dapat diakses disini bit.ly/zenhabitsbook

[full-width]
Tentang Rasa, Komitmen, dan Tujuan

Tentang Rasa, Komitmen, dan Tujuan

sumber: google

[full-width]
Terkadang terjebak dalam rasa tergesa-gesa dapat menjadi boomerang yang berujung kesalahan. Sebagai manusia rasanya belajar dari sebuah kesalahan menjadi pembelajaran yang tidak pernah berhenti, jika berhenti maka dipastikan sudah tidak bernyawa. “Long Life Learner” ucap seseorang kepada saya. 

Kesalahan dalam mengambil keputusan menjadi sebuah kunci untuk seseorang dalam memperbaiki keputusan berikutnya. Pengambilan keputusan dan zona waktu seseorang sering kali menjadi bahasan yang menarik. Mengambil keputusan juga identik dengan diri seseorang. Seorang guru pernah berkata kepada saya. “Hey nak, wajar jika kamu salah mengambil keputusan, terlebih lagi itu keputusan kamu. Jangan pernah membandingkan dirimu dengan orang lain. Tidak ada habisnya jika kau membandingkan ini itu. Perhatikan dirimu nak, apa yang sudah kamu capai selama ini, coba lihatlah kebelakang. Sejauh mana kamu telah berjalan menjadi manusia yang berproses?”. Ketika teringat nasihat tersebut, kembali lagi saya bersyukur apa yang telah saya lalui. 

Apa yang harusnya kita lakukan adalah bagaimana diri kita belajar dari ilmu kehidupan. Manusia dihadapkan dengan banyak lika-liku permasalahan, permasalahan seseorang tidak dapat kita samakan. Ketika kita mendapati suatu permasalahan, kita dituntut untuk memiliki kerangka berpikir, jika saya maka “Bagaimana kita menyelesaikan suatu masalah dengan rasa dan komitmen yang memiliki tujuan akhir sebagai solusi”. 

Mendengar seseorang berkeluh kesah dengan banyak masalah, bagi saya merupakan sebuah anugerah. Dari cerita tersebut mengajarkan kita arti bersyukur dan belajar dari masalah orang lain. Terlebih kita sebagai manusia telah dipercaya untuk mendengarkan sebuah simfoni kehidupan yang beragam. Inilah tentang rasa, komitmen, dan tujuan? Ini cerita saya, bagaimana ceritamu?