Menggunakan Kanban Board untuk Meningkatkan Produktivitas Bisnis atau Produktivitas Pribadi

Menggunakan Kanban Board untuk Meningkatkan Produktivitas Bisnis atau Produktivitas Pribadi


Mengatur sebuah bisnis rumahan, bisnis kecil atau task pribadi menjadikan sebuah tantangan tersendiri. Ada bagian yang memerlukan perhatian lebih untuk mengenalkan dan memasarkan produk ke market ataupun mengatur task pribadi. Tantangan ini akan menjadi lebih ketika menjalankannya sebagai solopreneur atau sebagai profesional dengan workload yang banyak untuk memastikan semua task berjalan dengan baik dengan waktu yang tepat dan benar.

Diluar sana banyak sistem untuk meningkatkan produktivitas, akan tetapi Kanban board telah didesain secara spesifik untuk membantu alur task berjalan semestinya dengan waktu yang tepat.

Histori Kanban
Kanban sendiri diciptakan untuk mengurangi idle-time dalam proses produksi. Tujuan utama dari penerapan sistem Kanban adalah mengirimkan apa yang dibutuhkan dalam proses produksi dalam waktu yang tepat. Sistem Kanban sendiri digagas oleh Taiichi Ohno yang dianggap sebagai bapak Sistem Produksi Toyota. Taiichi Ohno mengembangkan papan visual yang dikenal sebagai Kanban yang mentransfer informasi antara setiap proses sehingga tugas dapat dipenuhi dengan lebih efisien. Saat ini, sistem ini telah diadopsi di berbagai divisi perusahaan termasuk juga ke produktivitas pribadi.

Apa Itu Kanban?
Kanban merupakan sebuah cara untuk menyederhanakan task dengan memvisualisasikan informasi proyek yang kompleks seperti task yang sedang berjalan, pemanfaatan sumber daya, dan masih banyak lagi.

Secara umum, Kanban memiliki alur dari kiri ke kanan atau secara horizontal dan berpindah ke kanan berdasarkan stage yang dibuat.

Banyak metode untuk staging Kanban, secara umum memiliki flow berikut:

To Do > Progress > Done

Hal tersebut tergantung kepada kebutuhan, saya sendiri menggunakan flow seperti ini.
Board pribadi
Kenapa ada ada backlog dan issues? Saya sendiri membuat backlog sebagai tempat untuk menuliskan apa yang akan saya rencanakan kedepannya. Kemudian baru saya pecah lagi untuk dikerjakan perminggu kebagian to do, jika ada issues maka saya akan melakukan evaluasi per minggu, apakah task tersebut terlalu tinggi atau terlalu susah. Jika memang harus diprioritaskan kembali maka saya akan memasukan ke flow to do kembali dan melabeli dengan high priority untuk segera dikerjakan.

Ada sebuah aturan dalam Kanban ketika kamu lakukan modifikasi atau custom
  1. Visualisasikan Pekerjaan: Papan/Board dirancang untuk menjadi visual dan karenanya mudah dijadikan referensi. Memiliki papan Kanban di tempat yang berbeda dari tempat bekerja, tidak akan membantu.
  2. Batasi Pekerjaan yang Sedang Berjalan: Kamu tidak ingin memiliki banyak tugas sehingga tidak ada kemajuan yang dicapai.

Apa sih manfaat dari Kanban?
Papan Kanban/ Kanban board adalah representasi visual dari apa yang perlu kamu lakukan. Ideal jika kamu adalah orang yang membutuhkan isyarat visual untuk menyelesaikan sesuatu. Namun, jika kamu tidak membutuhkan isyarat visual, papan Kanban menawarkan cara sekilas melihat status proyek, dari apa yang dilakukan, apa yang sedang dikerjakan, dan apa yang perlu mendapatkan perhatian.

Manfaat lain termasuk:
  1. Manajemen task yang mudah
  2. Stay on top priority
  3. Fleksibel dan dapat disesuaikan dengan cara Anda bekerja
  4. Mengetahui apa yang telah atau sedang dilakukan kolaborator kamu/ teman kerja, jika kamu bekerja dengan orang lain dalam suatu proyek.

Bagaimana Cara Membuat Kanban Board?
Ada dua cara untuk membuat Kanban board atau papan Kanban dengan cara tradisional atau digital. Jika membuat dengan cara tradisional maka dapat menggunakan papan tulis sebagai medianya dan dibagi menjadi beberapa stage sesuai kebutuhan. Contohnya:
Teaditional Kanban
Contoh Implementasi Kanban

Sedangkan untuk membuat Kanban board secara digital, kamu dapat menggunakan tools yang tersedia di internet seperti Jira, Asana, Trello, dan masih banyak lagi. Untuk yang gratis kamu dapat menggunakan Trello sebagai mediumnya.

Bagaimana? Tertarik untuk menggunakan? Feel free to ask yaaa

[full-width]
Perbedaan Kanban dan Scrum yang Perlu Kamu Ketahui

Perbedaan Kanban dan Scrum yang Perlu Kamu Ketahui

Ilustrasi Scrum vs Kanban | Sumber: Google
[full-width]
Mendengar istilah Kanban dan Scrum bukanlah hal yang asing untuk sebuah perusahaan yang telah menerapkan metodologi agile. Kanban dan Scrum merupakan framework yang membantu tim dalam mengikuti agile manifesto dalam menyelesaikan masalah.

Sangatlah mudah untuk mengetahui perbedaan mendasar mengenai praktik scrum dan praktik kanban. Dalam praktiknya sangatlah berbeda, akan tetapi prinsipnya kebanyakan sama. Yang pasti, kedua framework ini akan membantu kamu dalam menciptakan produk/layanan yang lebih baik tanpa melibatkan pusing kepala berlebih.

Agile merupakan pendekatan secara struktur dan iteratif untuk manajemen proyek dan pengembangan produk. Proses agile dapat dikenali dengan kelincahannya dalam pengembangan produk, dan menyediakan tim yang mampu tanggap terhadap perubahan tanpa dampak yang berarti.

Kanban adalah hal-hal untuk memvisualisasikan suatu pekerjaan, membatasi sebuah progress pekerjaan, dan memaksimalkan efisiensi. Kanban berasal dari Jepang. Kanban jika diartikan berarti papan tanda atau sign board.

Scrum merupakan proses dimana sebuah tim untuk berkomitmen untuk menyelesaikan masalah dalam waktu tertentu atau biasa disebut dengan sprint. Tujuannya adalah untuk membuat pembelajaran yang berulang untuk mengumpulkan informasi yang didapat dari feedback customer. Scrum sendiri terdiri dari peran yang spesifik(product owner, scrum master, dan development team), scrum artifacts, daily standup meeting selama beberapa waktu.

Perbedaan Scrum dan Kanban


Kapan waktu yang tepat untuk memilih Scrum dan Kanban?

Jika bisnis kamu atau perusahaan kamu masih menggunakan metode tradisional dalam pembagian tugasnya, lebih baik menggunakan Kanban untuk menciptakan sebuah budaya yang transparansi dalam pekerjaan. Jika bisnis kamu atau perusahaan kamu dapat membayar product owner dan scrum master, maka scrum menjadi pilihan yang tepat. Selamat mencoba!


6 Tipe Revenue Model yang Wajib Diketahui oleh Para Entrepreneur/Founder

6 Tipe Revenue Model yang Wajib Diketahui oleh Para Entrepreneur/Founder

Ilustrasi para entrepreneur mencari model pendapatan | sumber foto: reserarch gate

Revenue model
atau model pendapatan merupakan sebuah proses bisnis untuk membuat pendapatan dan menyampaikan value bisnis kepada publik. Dengan demikian mengubahnya terlalu sering atau mengimplementasikan yang salah mengenai model pendapatan dapat menyebabkan kegagalan dari segi waktu dan biaya yang akhirnya berujung pivot/pergantian model bisnis.

Framework semacam business model canvas atau lean model canvas dapat membantu kamu untuk menemukan desain model yang tepat untuk bisnis kamu. Cara yang paling mudah adalah fokus pada market dan insight dari konsumen. Dengan melakukan analisa market akan memberikan model perbandingan yang tepat dan insight dari konsumen dapat menunjukan sebuah potensi inovasi yang dapat diimplementasikan dengan model yang berbeda.

Familiar dengan perbedaan model adalah sebuah kunci untuk mencari model yang tepat untuk konsumen kamu dan masalah apa yang ingin kamu selesaikan. Berikut 6 model pendapatan yang harus kamu ketahui.

On-demand

Bisnis on-demand merupakan layanan bisnis yang didasari oleh permintaan konsumen, model ini mendapatkan pendapatan dari setiap transaksi yang sukses. Seperti Gojek, Uber dan Grab merupakan bisnis yang menerapkan model ini. Industri transportasi, hospitality, makanan dan kesehatan telah mengalami perubahan yang radikal yang didasarkan dengan permintaan konsumen.

Model ini tidak mengubah cara orang-orang untuk menyelesaikan masalahnya, akan tetapi hanya membuat prosesnya menjadi lebih efisien. Jika kamu menemukan masalah yang kamu lihat dan sering terjadi tetapi tidak konsisten, on-demand menjadi pilihan yang tepat.

E-commerce

Nilai transaksi E-commerce di Indonesia telah mencapai US$21 Miliar dan diprediksi mencapai $82 Miliar di tahun 2025. Model E-commerce bertumbuh secara eksponensial dari tahun ke tahun di Indonesia. Terlebih kebiasaan pengguna telah beralih menggunakan internet.

Sekarang ini, model baru dropshipping juga berkembang sangat cepat, model ini memanfaatkan kekuatan platform e-commerce yang ada tanpa harus memiliki dan mengatur persediaan. Bisnis E-commerce mendapatkan pendapatan dari hasil menjual barangnya melalui penambahan margin yang mana untuk biaya modal barang, distribusi dan marketing.

Marketplace

Bisnis model yang diterapkan oleh Shope, Tokopedia dan Bukalapak mengadopsi model ini, yang mana menjadi fasilitator untuk menjembatani antara pemilik produk dan para pembeli.

Beberapa diferensiasi pada marketplace, mereka akan berfokus ke sektor yang massive belum terlayani dengan baik dan memastikan supply dengan kualitas yang tinggi.

Membership

Model membership/langganan merupakan bisnis yang menawarkan langsung kepada konsumen. Bisnis membership menawarkan keuntungan produk atau layanan dengan harga tetap, biasanya dengan biaya bulanan atau tahunan. Misalnya Spotify, mereka memanjakan konsumen dengan bebas iklan, simpan lagu dan lagu dapat diputar offline oleh konsumen.

Licenses

Bisnis yang menerapkan licenses atau lisensi seperti Microsoft, Adobe, dan Shutterstock. Model ini memiliki keunikan dengan berbagai cara untuk dapat dinikmati oleh konsumennya. Layanan Software as a Service(SaaS) merupakan hal yang berbeda dengan lisensi. Kedudukan produknya dari dua jenis model ini berbeda. Lisensi biasanya digunakan dan dioperasikan langsung oleh pengguna sedangkan produk SaaS diakses dan digunakan melalui web browser.

Perusahaan seperti Shutterstock memiliki 2 jenis model pendapatan, membership dan lisensi. Microsoft office dijual melalui skema lisensi meskipun memiliki value proposition yang dapat disebut sebagai SaaS. Terdapat pro dan kontra untuk kedua model, model yang tepat untuk bisnismu tergantung pada produk, kebutuhan konsumen, pasar dan kompetitor.

Freemium

Google Drive, Dropbox, Mailchimp, Skype merupakan beberapa contoh yang menerapkan model freemium. Freemium merupakan sebuah pricing strategi yang menyediakan fungsionalitas dari sebuah produk kepada pengguna secara gratis dengan membujuk pengguna untuk meningkatkan paket berbayar untuk menikmati fitur unggulan yang masih terkunci. Freemium merupakan strategi akuisisi pengguna yang efektif tanpa membebankan biaya di muka.

Coba perhatikan, bisnis tidak harus tetap memegang teguh pada satu model. Sebagai contoh Amazon adalah perusahaan yang menerapkan masing-masing dari ke-6 model meskipun dimulai sebagai situs e-commerce untuk buku. Saat bisnis kamu tumbuh, model-model baru akan berkembang. Pada tahap awal bisnis kamu, mulailah dengan model yang memberikan value yang tinggi tanpa membuang waktu yang tidak perlu. Untuk sementara produk dapat bersaing dan berjalan sesuai rencana, biarkan pelanggan kamu memberitahu kamu apa yang mereka butuhkan dan bagaimana.

Artikel ini telah dimodifikasi dan diterjemahkan dari artikel asli berbahasa inggris yang berjudul 6 Revenue Models Every Entrepreneur Should Know
[full-width]
Mengenal dan Mengukur Pertumbuhan Bisnis dengan AARRR!(Pirate Metric Startup)

Mengenal dan Mengukur Pertumbuhan Bisnis dengan AARRR!(Pirate Metric Startup)



Memiliki pertumbuhan bisnis yang optimal dan dapat diukur merupakan hal yang diinginkan oleh pemilik bisnis. Banyak metrik yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan bisnis. 

Pada tahun 2007, seorang Venture Capitalist, Angel Investor, dan founder dari 500 startup yang bernama Dave McClure mengenalkan sebuah framework untuk mengukur pertumbuhan bisnis dengan 5 langkah. Metrik ini disebut AARRR! atau metrik startup bajak laut. Terdengar menyeramkan bukan? 

AARRR merupakan sebuah singkatan dari Acquisition, Activation, Retention, Referral, dan Revenue. Metrik ini memegang prinsip yang efektif, simple, dan mudah untuk dieksekusi. Lalu bagaimana cara melakukannya?

Lima Tahap Customer Lifecycle

Acquisition
Bagaimana dan darimana kita mendapatkan customer?
Activation
Bagaimana pengalaman customer dalam menggunakan produk?
Retention
Apakah customer akan kembali menggunakan produk kita? Berapa banyak? 
Referral
Apakah customer rela menyarankan produk kita ke orang lain? Sehingga customer baru didapatkan?
Revenue
Bagaimana cara kita meningkatkan pemasukan?

Dari ke-5 customer lifecycle akan saya jelaskan perbagian, let’s begin!

1. Acquisition - Bagaimana dan darimana kita mendapatkan pengguna?

Pada fase ini bagaimana orang-orang menemukan produk kita dan berubah menjadi customer kita. Jika kita menganalogikan dengan percintaan, tahapan PDKT termasuk diperhitungkan dalam proses.

Saya berikan contoh customer journey untuk bisnis lembaga bimbingan belajar yang go-digital.
Mengunjungi situs > melakukan pendaftaran > berpartisipasi trial class atau kelas percobaan > menghubungi team sales > konversi menjadi customer.
Adapun semua langkah yang sebelum terjadi juga dihitung sebagai micro-conversion atau konversi kecil. Bagi sebuah bisnis yang memiliki tim sales yang aktif harus membedakan antara lead dan qualified lead.

Apa bedanya lead dan qualified lead? lead adalah pengunjung situs yang kamu didapatkan dari kontak hingga email. Meskipun kamu telah mendapatkan kontak dan emailnya, belum tentu mereka tertarik dengan produk kamu. Mungkin mereka hanya ingin tahu tentang produk kamu saja.

Sedangkan qualified lead adalah jika salah satu lead kamu melakukan micro-conversion, contohnya mereka mengikuti trial class yang kamu tawarkan, maka disebut qualified lead. Mereka terlibat aktif dengan produk dan layanan kamu. Mereka inilah yang harus kamu targetkan oleh tim sales.


Lead Journey | Sumber: Medium

2. Activation - Bagaimana pengalaman customer dalam menggunakan produk?

Activation merupakan pengalaman pertama customer menggunakan produk kamu. Semua akan percuma jika kamu berhasil membuat customer mendownload aplikasi kamu atau membeli produk kamu untuk pertama kalinya, tetapi mereka tidak puas dan langsung menghentikan menggunakannya. Artinya disini ada yang salah dengan produk kamu. Kamu dan tim kamu wajib menyelidiki permasalahan ini. Activation sendiri memiliki rupa yang berbeda untuk setiap jenis bisnis. Untuk bisnis e-commerce, activation bisa dibilang tidak sepenting conversion. 

Activation memiliki pengaruh yang lebih besar pada aplikasi dan bisnis SaaS (Software-as-a-service). Untuk aplikasi, kamu harus melihat activation setelah orang mendownload atau mendaftar untuk aplikasi kamu. Apakah mereka hanya menggunakannya sekali dan tidak menggunakannya lagi?

Sebagai contoh, Twitter menyadari bahwa begitu kamu mem-follow 30 orang, kamu kemungkinan besar akan kembali sehingga mereka menyarankan akun populer ketika kamu mendaftar. 

Untuk mendapatkan kepuasan dari pengguna tentunya tidak terlepas dari proses pengujian, pengujian, dan pengujian.

3. Retention - Apakah customer akan kembali menggunakan produk kita? Berapa banyak? Apa yang akan kita berikan?

Retention berarti customer kamu selalu melakukan repeat order secara terus menerus. Misalnya untuk ecommerce, customer tidak hanya melakukan aktivitas pembelian hanya sekali saja. 

Menurut Harvard Business Review, mendapatkan pelanggan baru memiliki harga 5-25x lebih mahal daripada mempertahankan yang sudah ada. Oleh karena itu, jauh lebih murah untuk menjual produk lagi ke pelanggan yang telah kita dapatkan.

Bagaimana cara meningkatkan retensi pelanggan? Cara yang paling efektif adalah email automasi. Email automasi sangat tepat untuk mempertahankan bahwa kamu masih berkomunikasi dengan pelanggan. Atau, jika kamu memiliki nomor Whatsapp pelanggan, kamu dapat melakukan follow up / penawaran produk kamu kepada pelanggan.

4. Referral - Apakah customer rela menyarankan produk kita ke orang lain? Sehingga customer baru didapatkan?

Referral secara singkatnya adalah bagaimana merubah customer kamu menjadi influencer produk kamu secara gratis. Bagaimana mereka akan mempromosikan produk kamu ke teman-teman mereka. Kekuatan dari word of mouth merupakan strategi yang sangat bagus untuk diterapkan. Jika saat ini kita mengambil contoh brand local yang hangat diperbincangkan. Ya, sepatu Compass, bagaimana Compass memanfaatkan influencer untuk membangun produknya secara fancy dengan menggunakan word of mouth dan viral marketing. 

5. Revenue - Bagaimana proses kita meningkatkan pemasukan?
Pemilik bisnis pasti menginginkan peningkatan pemasukan. Banyak pula jenis bisnis model yang perlu dicoba untuk meningkatkan pemasukan. Tentunya, jika startup wajib untuk mencari untuk mendapatkan revenue, berbeda dengan bisnis konvensional yang lebih menggunakan margin sebagai pemasukannya. Ada 6 jenis bisnis model pula yang perlu diketahui oleh para pemilik bisnis seperti bisnis model on-demand, freemium, marketplace, ecommerce, licenses, dan membership.

Ringkasnya, metrik AARRR merupakan cara yang efektif untuk mengukur pertumbuhan bisnis kamu. Akan tetapi kamu perlu melakukan riset lebih jauh untuk detail dari setiap langkahnya.

[full-width]