6 Tipe Revenue Model yang Wajib Diketahui oleh Para Entrepreneur/Founder

6 Tipe Revenue Model yang Wajib Diketahui oleh Para Entrepreneur/Founder

Ilustrasi para entrepreneur mencari model pendapatan | sumber foto: reserarch gate

Revenue model
atau model pendapatan merupakan sebuah proses bisnis untuk membuat pendapatan dan menyampaikan value bisnis kepada publik. Dengan demikian mengubahnya terlalu sering atau mengimplementasikan yang salah mengenai model pendapatan dapat menyebabkan kegagalan dari segi waktu dan biaya yang akhirnya berujung pivot/pergantian model bisnis.

Framework semacam business model canvas atau lean model canvas dapat membantu kamu untuk menemukan desain model yang tepat untuk bisnis kamu. Cara yang paling mudah adalah fokus pada market dan insight dari konsumen. Dengan melakukan analisa market akan memberikan model perbandingan yang tepat dan insight dari konsumen dapat menunjukan sebuah potensi inovasi yang dapat diimplementasikan dengan model yang berbeda.

Familiar dengan perbedaan model adalah sebuah kunci untuk mencari model yang tepat untuk konsumen kamu dan masalah apa yang ingin kamu selesaikan. Berikut 6 model pendapatan yang harus kamu ketahui.

On-demand

Bisnis on-demand merupakan layanan bisnis yang didasari oleh permintaan konsumen, model ini mendapatkan pendapatan dari setiap transaksi yang sukses. Seperti Gojek, Uber dan Grab merupakan bisnis yang menerapkan model ini. Industri transportasi, hospitality, makanan dan kesehatan telah mengalami perubahan yang radikal yang didasarkan dengan permintaan konsumen.

Model ini tidak mengubah cara orang-orang untuk menyelesaikan masalahnya, akan tetapi hanya membuat prosesnya menjadi lebih efisien. Jika kamu menemukan masalah yang kamu lihat dan sering terjadi tetapi tidak konsisten, on-demand menjadi pilihan yang tepat.

E-commerce

Nilai transaksi E-commerce di Indonesia telah mencapai US$21 Miliar dan diprediksi mencapai $82 Miliar di tahun 2025. Model E-commerce bertumbuh secara eksponensial dari tahun ke tahun di Indonesia. Terlebih kebiasaan pengguna telah beralih menggunakan internet.

Sekarang ini, model baru dropshipping juga berkembang sangat cepat, model ini memanfaatkan kekuatan platform e-commerce yang ada tanpa harus memiliki dan mengatur persediaan. Bisnis E-commerce mendapatkan pendapatan dari hasil menjual barangnya melalui penambahan margin yang mana untuk biaya modal barang, distribusi dan marketing.

Marketplace

Bisnis model yang diterapkan oleh Shope, Tokopedia dan Bukalapak mengadopsi model ini, yang mana menjadi fasilitator untuk menjembatani antara pemilik produk dan para pembeli.

Beberapa diferensiasi pada marketplace, mereka akan berfokus ke sektor yang massive belum terlayani dengan baik dan memastikan supply dengan kualitas yang tinggi.

Membership

Model membership/langganan merupakan bisnis yang menawarkan langsung kepada konsumen. Bisnis membership menawarkan keuntungan produk atau layanan dengan harga tetap, biasanya dengan biaya bulanan atau tahunan. Misalnya Spotify, mereka memanjakan konsumen dengan bebas iklan, simpan lagu dan lagu dapat diputar offline oleh konsumen.

Licenses

Bisnis yang menerapkan licenses atau lisensi seperti Microsoft, Adobe, dan Shutterstock. Model ini memiliki keunikan dengan berbagai cara untuk dapat dinikmati oleh konsumennya. Layanan Software as a Service(SaaS) merupakan hal yang berbeda dengan lisensi. Kedudukan produknya dari dua jenis model ini berbeda. Lisensi biasanya digunakan dan dioperasikan langsung oleh pengguna sedangkan produk SaaS diakses dan digunakan melalui web browser.

Perusahaan seperti Shutterstock memiliki 2 jenis model pendapatan, membership dan lisensi. Microsoft office dijual melalui skema lisensi meskipun memiliki value proposition yang dapat disebut sebagai SaaS. Terdapat pro dan kontra untuk kedua model, model yang tepat untuk bisnismu tergantung pada produk, kebutuhan konsumen, pasar dan kompetitor.

Freemium

Google Drive, Dropbox, Mailchimp, Skype merupakan beberapa contoh yang menerapkan model freemium. Freemium merupakan sebuah pricing strategi yang menyediakan fungsionalitas dari sebuah produk kepada pengguna secara gratis dengan membujuk pengguna untuk meningkatkan paket berbayar untuk menikmati fitur unggulan yang masih terkunci. Freemium merupakan strategi akuisisi pengguna yang efektif tanpa membebankan biaya di muka.

Coba perhatikan, bisnis tidak harus tetap memegang teguh pada satu model. Sebagai contoh Amazon adalah perusahaan yang menerapkan masing-masing dari ke-6 model meskipun dimulai sebagai situs e-commerce untuk buku. Saat bisnis kamu tumbuh, model-model baru akan berkembang. Pada tahap awal bisnis kamu, mulailah dengan model yang memberikan value yang tinggi tanpa membuang waktu yang tidak perlu. Untuk sementara produk dapat bersaing dan berjalan sesuai rencana, biarkan pelanggan kamu memberitahu kamu apa yang mereka butuhkan dan bagaimana.

Artikel ini telah dimodifikasi dan diterjemahkan dari artikel asli berbahasa inggris yang berjudul 6 Revenue Models Every Entrepreneur Should Know
[full-width]
Mengenal dan Mengukur Pertumbuhan Bisnis dengan AARRR!(Pirate Metric Startup)

Mengenal dan Mengukur Pertumbuhan Bisnis dengan AARRR!(Pirate Metric Startup)



Memiliki pertumbuhan bisnis yang optimal dan dapat diukur merupakan hal yang diinginkan oleh pemilik bisnis. Banyak metrik yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan bisnis. 

Pada tahun 2007, seorang Venture Capitalist, Angel Investor, dan founder dari 500 startup yang bernama Dave McClure mengenalkan sebuah framework untuk mengukur pertumbuhan bisnis dengan 5 langkah. Metrik ini disebut AARRR! atau metrik startup bajak laut. Terdengar menyeramkan bukan? 

AARRR merupakan sebuah singkatan dari Acquisition, Activation, Retention, Referral, dan Revenue. Metrik ini memegang prinsip yang efektif, simple, dan mudah untuk dieksekusi. Lalu bagaimana cara melakukannya?

Lima Tahap Customer Lifecycle

Acquisition
Bagaimana dan darimana kita mendapatkan customer?
Activation
Bagaimana pengalaman customer dalam menggunakan produk?
Retention
Apakah customer akan kembali menggunakan produk kita? Berapa banyak? 
Referral
Apakah customer rela menyarankan produk kita ke orang lain? Sehingga customer baru didapatkan?
Revenue
Bagaimana cara kita meningkatkan pemasukan?

Dari ke-5 customer lifecycle akan saya jelaskan perbagian, let’s begin!

1. Acquisition - Bagaimana dan darimana kita mendapatkan pengguna?

Pada fase ini bagaimana orang-orang menemukan produk kita dan berubah menjadi customer kita. Jika kita menganalogikan dengan percintaan, tahapan PDKT termasuk diperhitungkan dalam proses.

Saya berikan contoh customer journey untuk bisnis lembaga bimbingan belajar yang go-digital.
Mengunjungi situs > melakukan pendaftaran > berpartisipasi trial class atau kelas percobaan > menghubungi team sales > konversi menjadi customer.
Adapun semua langkah yang sebelum terjadi juga dihitung sebagai micro-conversion atau konversi kecil. Bagi sebuah bisnis yang memiliki tim sales yang aktif harus membedakan antara lead dan qualified lead.

Apa bedanya lead dan qualified lead? lead adalah pengunjung situs yang kamu didapatkan dari kontak hingga email. Meskipun kamu telah mendapatkan kontak dan emailnya, belum tentu mereka tertarik dengan produk kamu. Mungkin mereka hanya ingin tahu tentang produk kamu saja.

Sedangkan qualified lead adalah jika salah satu lead kamu melakukan micro-conversion, contohnya mereka mengikuti trial class yang kamu tawarkan, maka disebut qualified lead. Mereka terlibat aktif dengan produk dan layanan kamu. Mereka inilah yang harus kamu targetkan oleh tim sales.


Lead Journey | Sumber: Medium

2. Activation - Bagaimana pengalaman customer dalam menggunakan produk?

Activation merupakan pengalaman pertama customer menggunakan produk kamu. Semua akan percuma jika kamu berhasil membuat customer mendownload aplikasi kamu atau membeli produk kamu untuk pertama kalinya, tetapi mereka tidak puas dan langsung menghentikan menggunakannya. Artinya disini ada yang salah dengan produk kamu. Kamu dan tim kamu wajib menyelidiki permasalahan ini. Activation sendiri memiliki rupa yang berbeda untuk setiap jenis bisnis. Untuk bisnis e-commerce, activation bisa dibilang tidak sepenting conversion. 

Activation memiliki pengaruh yang lebih besar pada aplikasi dan bisnis SaaS (Software-as-a-service). Untuk aplikasi, kamu harus melihat activation setelah orang mendownload atau mendaftar untuk aplikasi kamu. Apakah mereka hanya menggunakannya sekali dan tidak menggunakannya lagi?

Sebagai contoh, Twitter menyadari bahwa begitu kamu mem-follow 30 orang, kamu kemungkinan besar akan kembali sehingga mereka menyarankan akun populer ketika kamu mendaftar. 

Untuk mendapatkan kepuasan dari pengguna tentunya tidak terlepas dari proses pengujian, pengujian, dan pengujian.

3. Retention - Apakah customer akan kembali menggunakan produk kita? Berapa banyak? Apa yang akan kita berikan?

Retention berarti customer kamu selalu melakukan repeat order secara terus menerus. Misalnya untuk ecommerce, customer tidak hanya melakukan aktivitas pembelian hanya sekali saja. 

Menurut Harvard Business Review, mendapatkan pelanggan baru memiliki harga 5-25x lebih mahal daripada mempertahankan yang sudah ada. Oleh karena itu, jauh lebih murah untuk menjual produk lagi ke pelanggan yang telah kita dapatkan.

Bagaimana cara meningkatkan retensi pelanggan? Cara yang paling efektif adalah email automasi. Email automasi sangat tepat untuk mempertahankan bahwa kamu masih berkomunikasi dengan pelanggan. Atau, jika kamu memiliki nomor Whatsapp pelanggan, kamu dapat melakukan follow up / penawaran produk kamu kepada pelanggan.

4. Referral - Apakah customer rela menyarankan produk kita ke orang lain? Sehingga customer baru didapatkan?

Referral secara singkatnya adalah bagaimana merubah customer kamu menjadi influencer produk kamu secara gratis. Bagaimana mereka akan mempromosikan produk kamu ke teman-teman mereka. Kekuatan dari word of mouth merupakan strategi yang sangat bagus untuk diterapkan. Jika saat ini kita mengambil contoh brand local yang hangat diperbincangkan. Ya, sepatu Compass, bagaimana Compass memanfaatkan influencer untuk membangun produknya secara fancy dengan menggunakan word of mouth dan viral marketing. 

5. Revenue - Bagaimana proses kita meningkatkan pemasukan?
Pemilik bisnis pasti menginginkan peningkatan pemasukan. Banyak pula jenis bisnis model yang perlu dicoba untuk meningkatkan pemasukan. Tentunya, jika startup wajib untuk mencari untuk mendapatkan revenue, berbeda dengan bisnis konvensional yang lebih menggunakan margin sebagai pemasukannya. Ada 6 jenis bisnis model pula yang perlu diketahui oleh para pemilik bisnis seperti bisnis model on-demand, freemium, marketplace, ecommerce, licenses, dan membership.

Ringkasnya, metrik AARRR merupakan cara yang efektif untuk mengukur pertumbuhan bisnis kamu. Akan tetapi kamu perlu melakukan riset lebih jauh untuk detail dari setiap langkahnya.

[full-width]
Memecahkan Masalah Bisnis dengan Menggunakan Design Sprint

Memecahkan Masalah Bisnis dengan Menggunakan Design Sprint

Ilustrasi Design Sprint | sumber: google
Apakah kamu pernah mendengar mengenai Design Sprint? Design Sprint merupakan sebuah metodologi yang dikembangkan dari Design Thinking. Jika ingin mengetahui perbedaanya dapat membaca artikel saya yang mengenai Bagaimana Cara Membedakan Design Thinking dan Design Sprint, Mana yang Tepat untuk Dipilih?

Design Sprint ditemukan oleh Jake Knapp dari Google Ventures. Design Sprint merupakan versi praktis dari Design Thinking. Design Sprint adalah sebuah framework untuk menyelesaikan sebuah masalah melalui desain, pembuatan prototipe, dan pengujian ide dalam waktu 5 hari. Proses Design Sprint dilakukan oleh beberapa orang. Idealnya orang-orang yang terlibat dalam Design Sprint terdiri dari fasilitator Design Sprint, Decision Maker, Designer Person, Technical Person, dan Marketing Person.

Ada hal yang perlu diperhatikan dalam menyelesaikan masalah bisnis:
Tidak setiap solusi punya problem, dan tidak setiap problem punya customer
Tapi…
Setiap customer pasti punya problem, dan setiap problem pasti punya solusi
Sebelum memasuki ke tahapan Design Sprint, siapkan beberapa hal ini;
  1. Gunakanlah Data sebagai landasan untuk melangkah. Carilah data mengenai siapa calon customer kita hingga kompetitor sebanyak-banyaknya.
  2. Ilustrasi Customer dan User
  3. Bedakan antara customer dan user. Customer merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan masalah dan mau membayar untuk menyelesaikan masalahnya.
  4. Peganglah prinsip-prinsip design sprint seperti open mind, minimaze group brainstorming, menghargai waktu hingga proses, dan design thinking thinker(empati, kreativitas, dan rasionalitas).
  5. Siapkan peralatan Design Sprint seperti sticky notes, spidol, whiteboards, dot sticker, time timers, jajanan untuk menjernihkan pikiran.

Jika kamu telah menyiapkan semuanya, siapkan masalah dalam kalimat tantangan. Contoh: Merancang produk bubur bayi sehat untuk balita, dengan target diluncurkan pada kuartal 4 2020. Fokuslah terhadap user.

Ilustrasi Kegiatan Design Sprint

Design Sprint dilakukan selama lima hari dimulai dari hari senin hingga hari jumat. Setiap hari berisi beberapa tahapan proses diantaranya: Understand, Diverge, Decide, Prototype, and Validate. Beberapa aktivitas yang dilakukan antara lain:

Hari Senin - Understanding:
Sesi ini merupakan sesi dimana pelaku design sprint menyamakan gagasan. Jika kita mengambil contoh: merancang produk bubur bayi sehat untuk balita, dengan target diluncurkan pada kuartal 4 2020. Dengan menetapkan target maka rencana dan persiapan design sprint akan lebih terarah. Apakah target yang dicapai terlalu mudah atau terlalu sulit dapat dipertimbangkan pada sesi ini.

Hari Selasa - Diverge
Membuat banyak sketsa sebanyak-banyaknya merupakan tahapan yang ada di tahap ini. Agar lebih terarah dalam pembuatannya, saya menyarankan untuk menggunakan metode Crazy 8 pada tahap ini. Tentukan pula user persona(representasi calon pengguna) pada tahap ini agar dapat di test pada hari Jumat.
Ilustrasi Crazy 8

Hari Rabu - Decide
Setelah membuat banyak sketsa, maka pada sesi ini adalah penentuan sketsa mana yang akan digunakan, setiap sketsa dipertanggungjawabkan oleh pembuatnya untuk dipresentasikan. Kemudian ide terbaik akan dipilih berdasarkan voting terbanyak.

Hari Kamis - Prototype
Pembuatan prototype MVP(Minimum Viable Product) akan dilaksanakan pada hari ini. Dan siapkan pula pertanyaan untuk persiapan user interview pada hari Jumat.

Hari Jumat - Validate
Di hari terakhir kita akan menguji prototype kita kepada user. Dari proses ini kita akan mengumpulkan feedback dan reaksi dari mereka. Hal ini akan berguna untuk perbaikan selanjutnya.

Simak video berikut untuk memahami design sprint cepat: 

Bagaimana? Tertarik untuk menggunakan Design Sprint untuk bisnis kamu?

Referensi:
Google Ventures, “Design Sprint”, https://www.gv.com/sprint/

[full-width]

Bagaimana Cara Membedakan Design Thinking dan Design Sprint, Mana yang Tepat untuk Dipilih?

Bagaimana Cara Membedakan Design Thinking dan Design Sprint, Mana yang Tepat untuk Dipilih?

[full-width]
Semenjak industri startup di Indonesia menggeliat banyak para founder mencari cara untuk membangun produknya agar disukai oleh marketnya. Ada banyak cara agar produknya disukai oleh target marketnya. Dua cara diantaranya adalah menggunakan Design Thinking dan Design Sprint. 

Design Thinking adalah sebuah proses inovatif problem-solving yang berfokus pada pengguna atau user. Design Thinking sendiri dipopulerkan oleh David Kelley dan Tim Brown pendiri IDEO – sebuah konsultan desain yang berlatar belakang desain produk berbasis inovasi. Sedangkan Design Sprint adalah sebuah framework untuk tim dengan berbagai jenis ukuran untuk menyelesaikan sebuah masalah dan pengujian ide selama 2-5 hari.

Design Sprint merupakan proses metodologis berdasarkan Design Thinking. Tahu nggak sih perbedaannya seperti apa? Saya akan menggunakan analogi untuk menjelaskan perbedaan Design Thinking dan Design Sprint. Analogi yang saya gunakan adalah analogi dalam pembuatan makanan yang inovatif. Katakanlah 'Burger' merupakan produk inovatif yang akan kita selesaikan.

sumber: google

Jika inovasi merupakan alasan untuk menggunakan pola pikir seperti Design Thinking maka saya akan mendefinisikan lebih lanjut menggunakan analogi makanan agar lebih mudah dipahami. Jadi, Design Thinking merupakan sebuah kelas masak. Disitu kamu akan belajar mengenai filosofi belajar memasak, bagaimana cara kerjanya, apa sih bahan-bahan yang dibutuhkan, bagaimana menyiapkan item yang diperlukan. Jadi sekarang kamu punya 2 kunci utama yaitu inovatif produk (Burger) dan kelas masak.

Disinilah Design Sprint bekerja. Design sprint dalam analogi makanan merupakan sebuah resep. Di dalam resep kamu tahu betul apa yang dibutuhkan, apa saja bahannya, dan kapan waktu untuk melakukannya.

sumber: cookpad 

Mengikuti kelas masak merupakan hal yang keren, tapi tanpa resep. Kamu akan menghabiskan waktu hanya untuk mencari bagaimana membuat burger dengan cita rasa yang unik. Jadi, Design Thinking adalah dasar, filosofi, alat untuk inovasi. Dan layak dilakukan. Tetapi Design Sprint adalah salah satu cara hebat untuk mengeksekusi semuanya secara sistematis. Design Sprint dapat dilakukan di berbagai organisasi atau komunitas. Masih bingung? Coba perhatikan gambar berikut ini.

sumber: Medium